Beberapa Hal Menarik Seputar Tradisi Kirab Saparan Bekakak di Jogja
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa fakta menarik seputar tradisi Kirab Saparan Bekakak di Jogja.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Kota Yogyakarta atau sering disingkat Jogja, merupakan destinasi wisata yang sarat akan budaya.
Sebagai kota terbesar keempat di bagian selatan Pulau Jawa, Jogja menawarkan beragam upacara adat yang menarik untuk digali lebih dalam. Salah satunya adalah tradisi Kirab Saparan Bekakak.
Ribuan orang pun tumpah ke jalan untuk melihat riuhnya ritual kirab yang sudah melegenda di Jogja ini.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa fakta menarik seputar tradisi Kirab Saparan Bekakak di Jogja.
1. Dirayakan pada hari Jumat di bulan Sapar
Ritual tahunan ini sekarang menjadi sebuah atraksi budaya yang populer di kalangan warga Jogja dan wisatawan.
Dirayakan secara meriah di Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman, tradisi Kirab Saparan Bekakak biasanya dilaksanakan pada hari Jumat di bulan Sapar.
Lapangan Balai Desa Ambarketawang pun menjadi tempat berkumpulnya para peserta kirab.
Sebelum proses kirab dilakukan, upacara adat ini akan dimulai dengan tari-tarian, pentas karawitan, dan sebuah pementasan dengan lakon Prasetyaning Sang Abdi.
Lakon tersebut merujuk pada sosok Ki Wirosuto dan istrinya yang merupakan abdi dalem yang setia dari Sri Sultan Hamengkubuono I.
Istilah Bekakak sendiri memiliki arti korban manusia atau hewan untuk disembelih. Namun tentu saja, Bekakak pada ritual ini hanya berupa boneka manusia.
Boneka pengantin yang duduk dalam pose bersila itu dibuat dari tepung ketan. Bekakak ini juga merujuk pada sosok Ki Wirosuto dan istrinya.
2. Perayaan untuk mengenang Ki Wirosuto dan istrinya
Salah satu tujuan dari Upacara Kirab Bekakak adalah mengenang sosok abdi dalem yang setia dari Sri Sultan Hamengkubuono I.
Mereka adalah pasangan suami istri Ki dan Nyi Wirosuto. Tugas dari Ki Wirosuto utamanya adalah membawa payung kebesaran di mana pun Sultan berada. Dalam istilah Jawa, jabatan Ki Wirosuto adalah abdi dalem penangsong.
Menurut sejarah, Sri Sultan Hamengku Buwono I yang saat itu masih bergelar Pangeran Mangkubumi sempat tinggal di Ambarketawang. Hal itu Sultan lakukan karena pembangunan keraton belum sepenuhnya selesai.
Akhirnya, Sultan memutuskan untuk tinggal sementara di salah satu pesanggrahannya yang berada di Ambarketawang. Ketika itu, Sultan ditemani oleh dua abdi dalemnya yang setia, Ki dan Nyi Wirosuto.
3. Jasad Ki Wirosuto dan istrinya tak pernah ditemukan
Setelah keraton rampung dibangun, Sultan dan abdi dalem lainnya segera kembali ke sana. Namun, karena Ki dan Nyi Wirosuto sudah terlanjur betah tinggal di pesanggarahan itu, mereka pun minta izin untuk dibiarkan tinggal di sana.
Tak disangka, pada hari Jumat di bulan Sapar, pesanggrahan Sultan yang berada di sekitar Gunung Gamping tertimpa longsor. Kejadian itu lantas menewaskan Ki dan Nyi Wirosuto.
Setelah mendengar kabar tersebut, Sultan langsung memerintahkan prajuritnya untuk menggali timbunan longsor dan mencari jasad kedua abdi dalemnya.
Di sinilah keanehan terjadi, jasad Ki dan Nyi Wirosuto tidak ditemukan. Warga setempat percaya bahwa pasangan suami istri itu tidak tewas, melainkan hilang.
Itulah beberapa fakta menarik tentang tradisi Kirab Saparan Bekakak. Apakah kamu tertarik untuk menyaksikan tradisi unikinisecara langsung? Yuk, persiapkan rencana liburanmu dengan matang!
Pertama, mulailah dengan menyusun daftar destinasi dan semua aktivitas yang hendak kamu lakukan saat ke Jogja. Kemudian jangan lupa untuk booking hotel sebagai tempat menginap selama liburan, ya.
Untuk mendapatkan hotel murah di Jogja, kamu tak perlu bingung.
Airy adalah solusi penginapan murah dengan jaminan fasilitas yang lengkap. Cara pesannya juga mudah. Kamu bisa memesan lewat aplikasi Airy yang tersedia untuk Android dan IOS. Jadi, tunggu apalagi?