Alan Macau Pemandu Wisata yang Fasih Bahasa Indonesia dan Jawa
Pria keturunan itu fasih berbahasa Indonesia dan Jawa itu, walau sejak kecil sudah tinggal di Macau.
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, MACAO - Alan, demikian dia dipanggil oleh koleganya. Nama lengkapnya Alan Macau, kini berusia 59 tahun.
Pria keturunan itu fasih berbahasa Indonesia dan Jawa itu, walau sejak kecil sudah tinggal di Macao.
Kok, pakai Macau segala. Ternyata ada ceritanya. Untuk membuat alamat email, dan media sosial lainnya, namanya berikut marga keluarga sudah banyak menjadi alamat akun orang lain sehingga dirinya kesulitan untuk mendapat alamat akun.
Baca: Yuk, Jalan-jalan ke Macau
"Iseng, bikin aja Alan Macau, eh ternyata bisa. Jadi lah itu nama saya," kata pria berperawakan sedang itu, tertawa, saat berbincang kepada Tribunnews, di sela-sela memandu wisata rombongan wartawan dari Jakarta di Macao, pada 25-30 Maret 2019.
Dikisahkan awal dirinya berada di Macao, dan bekerja sebagai pemandu wisata. Sekitar tahun 1960, Alan kecil yang kala itu berumur 4 tahun diboyong orang tuanya ke Macao.
Baca: Konon Asal Muasal Macau Berasal dari Sebuah Kuil, Ini Beberapa Tempat yang Wajib Dikunjungi
Orangtuanya sendiri adalah berasal dari Boyolali, ayah Boyolali keturunan Hokian, ibu orang Boyolali keturunan keraton Yogyakarta.
"Saya ini ada juga darah birunya lho," katanya.
Lantas, kenapa mereka hijrah ke Macao? Alan mengatakan waktu itu ada PP 10 tahun 1960 yang isinya melarang orang China berbisnis. Padahal itu dulu ide Belanda dengan politik pecah belahnya.
"Dulu keluarga kakek saya sangat baik dengan orang kampung di Kecamatan Selo, Boyolali, di atas Gunung Merapi untuk kegiatan berdagang, dan tidak ada masalah," ujar pria berputra dua itu.
Baca: Kisah Sepenggal Tembok Gereja St Paul di Macau Kokoh Berdiri Setelah Disambar Petir
Keluarganya pun akhirnya pindah ke Kuang Si, kota Nanning Tiongkok. Di sini ada kampung terbesar seluruh Tingkok yang berisi orang Indonesia sekitar 7500 orang, di Macao ada sekitar 10 ribu (campuran), sementara penduduk Macao hanya 600 ribuan.
Sebelum menjadi pemandu wisata sejak tahun 1989, Koh Alan, demikian dia membahasakan dirinya, sempat menjadi guru dan pebisnis.
Kini, pria yang ramah dan humoris itu, juga menjabat sebagai Presiden/Ketua ICFA (Indonesia and Chinese Friendly Assosiation Macao.
Baca: Museu de Macau Dulunya adalah Benteng Pertahanan dari Serangan Musuh
Pengetahuannya soal tempat-tempat bersejarah di Macao tidak diragukan lagi, sehingga dia pun kerap dipakai orang-orang penting hingga menteri dari Jakarta untuk melobi pejabat maupun rekan bisnis di Macao, atau sekedar berwisata.
"Saya juga sekali-sekali ke Indonesia terutama Jakarta agar tidak lupa dengan asal-muasal," kata Koh Alan.