Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Filosofi di Balik Sate Ceroncong, Jamuan Tamu Agung di Puri Ubud Bali

Dalam program Masakan Rumah yang tayang di Mola TV, Happy Salma dan Maya melihat proses pembuatan sate ceroncong.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Filosofi di Balik Sate Ceroncong, Jamuan Tamu Agung di Puri Ubud Bali
Tangkap Layar Mola TV
Sate Ceroncong menjadi sajian istimewa di keluarga bangsawan Ubud, Tjokorda Kerthyasa. 

TRIBUNNEWS.COM - Fungsi utama dari setiap masakan adalah untuk mengenyangkan.

Namun, lebih dari itu, setiap masakan pasti memiliki makna bahkan filosofi yang terkandung di dalamnya.

Baik dari segi proses pembuatan maupun presentasinya.

Termasuk Sate Ceroncong yang menjadi sajian istimewa di keluarga bangsawan Ubud, Tjokorda Kerthyasa.

Hanya pada saat tamu agung atau spesial datang ke Puri Ubud-lah, Sate Ceroncong akan disajikan.

Sate Ceroncong, sajian istimewa di keluarga bangsawan Ubud, Tjokorda Kerthyasa.
Sate Ceroncong, sajian istimewa di keluarga bangsawan Ubud, Tjokorda Kerthyasa. (Tangkap Layar Mola TV)

Baca: Belajar Resep Kuliner Tradisional Leluhur Bali ala Happy Salma

Baca: Makna Kesabaran Bagi Happy Salma saat Masak Bebek Betutu

Dalam program Masakan Rumah yang tayang di Mola TV, Happy Salma dan adik iparnya, Tjokorda Sri Maya Kerthyasa atau Maya melihat proses pembuatan Sate Ceroncong.

Happy dan Maya sangat beruntung lantaran bisa belajar langsung dari si pencipta Sate Ceroncong.

BERITA REKOMENDASI

Si pencipta Sate Ceroncong itu tak lain adalah Gung Niang, nenek dari suami Happy Salma.

Kenapa disebut Sate Ceroncong? Sebab sate dibalut daun pisang yang mirip corong.

Di dapur sederhana kesayangannya, Gung Niang mempraktikkan kembali bagaimana cara membuat Sate Ceroncong yang ia sendiri hampir lupa cara memasaknya.

Sebab, sudah sangat lama Gung Niang tidak memasak menu yang diciptakannya bersama mendiang suaminya itu.

"Saya ndak mau, sukar," ujar Gung Niang.

Happy Salma, Maya, dan Gung Niang saat membuat sate ceroncong
Happy Salma, Maya, dan Gung Niang saat membuat sate ceroncong (Tangkap Layar Mola TV)

Walau mengaku sudah banyak yang lupa, Gung Niang perlahan ingat bagaimana cara membuat Sate Ceroncong lalu mencoba mengajarkan kepada Happy dan Maya.

Istimewanya lagi, Gung Niang mencoba berkreasi dengan Sate Ceroncong buatannya kali ini.

Bila pada resep terdahulu, Sate Ceroncong memakai daging bebek, kini Gung Niang mencoba menggantinya dengan daging ayam.

"Ini baru coba sekarang," kata Gung Niang.

Mendengar hal itu, Happy dan Maya merasa senang karena menjadi bagian sejarah pembuatan Sate Ceroncong Ayam.

Rupanya, proses pembuatan Sate Ceroncong sangat berbeda dengan sate kebanyakan, bahkan jauh lebih rumit.

Mulai dari menyiapkan bahan, membumbui, menghaluskan, hingga membakarnya di atas arang batok kelapa, semuanya memiliki teknik tersendiri.

Gung Niang sempat kesal karena adonan daging Sate Ceroncong tidak sesuai harapannya.

Hal ini karena daging ayam memiliki lebih banyak urat ketimbang daging bebek.

"Kayaknya Niang bad mood, karena adonan dagingnya tidak menyatu. Jadi Niang perlu mencampurkan kuning telur untuk membuat adonan menyatu," ujar Maya.

Namun kekesalan Gung Niang tak bertahan lama setelah melihat adonan dagingnya akhirnya menyatu.

Tjokorda Sri Maya Kerthyasa atau Maya menjelaskan makna dan filosofi di balik sate ceroncong
Tjokorda Sri Maya Kerthyasa atau Maya menjelaskan makna dan filosofi di balik Sate Ceroncong (Tangkap Layar Mola TV)

Melihat bagaimana proses dan cara pembuatan Sate Ceroncong yang begitu rumit, membuat Maya semakin menghargai masakan Bali.

Pasalnya, dalam masakan Bali, terlebih pada bumbunya, sangat beraroma dan rumit.

"Ada banyak simbol yang terkandung dalam setiap masakan," ujar Maya.

Maya menambahkan, ada banyak aksentuasi di Bali yang membuat segala masakan menjadi indah.

Baik dalam aroma masakan, cita rasa, maupun perasaan untuk alam.

Bagi Maya, makan adalah sebuah pengalaman multi indera, seperti sebuah presentasi.

"Bukan hanya untuk pengalaman kita yang menyantapnya, di mana kita menghargai keharmonisan pada alam, tapi juga untuk para Dewa."

"Semuanya melebur menjadi sebuah filosofi Tri Hita Karana, di mana kita menghormati keharmonisan dengan alam, dengan para Dewa, dan keharmonisan antar sesama manusia," jelas Maya.

Bagaimana cara Gung Niang mencampurkan bumbu sedikit demi sedikit, tidak dicampur sekaligus ke dalam adonan pun ada filosofinya.

"Intinya adalah keseimbangan, tidak memasukkan terlalu banyak juga tidak terlalu sedikit. Lalu mencium aromanya sambil mengaduk adonan untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik," ucap Maya.

Hal senada juga disampaikan Tjokorda Raka Kerthyasa (Tjok Ibah), ayah Maya sekaligus mertua Happy Salma.

Menurut Tjok Ibah, Sate Ceroncong yang berbentuk segitiga difilosofikan sebagai energi wanita.

Tentu masih ada banyak filosofi lain yang disampaikan Tjok Ibah kepada Maya dan Happy soal Sate Ceroncong.

Anda dapat menyaksikan tayangan Masakan Rumah episode Sate Ceroncong hanya di Mola TV baik via aplikasi maupun website Mola TV.

Apalagi kini Mola TV memiliki program Corona Care yang mengajak masyarakat lebih peduli terhadap pandemi corona.

Program ini bertujuan untuk membantu pemerintah melawan Covid-19 di Indonesia.

Anda dapat menyaksikan banyak tayangan di Mola TV dengan memberikan donasi mulai Rp 0 hingga Rp 5 juta.

Donasi ini nantinya akan disalurkan Mola TV kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Palang Merah Indonesia (PMI).

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas