Perlunya Citizen Science di Tengah Upaya Menjaga Kelestarian Alam dan Pariwisata Bahari
Perlu adanya edukasi bagi masyarakat soal pariwisata khususnya tentang konservasi laut jelang penerapan ‘normal baru’
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia akan mengalami fase ‘normal baru’ setelah 3 bulan menerapkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di sejumlah wilayah untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.
Pemerintah Indonesia memprediksi akan terjadi lonjakan turis di sektor pariwisata.
Baca: Jawaban Gaya Belajar dan Alat Bantu yang Digunakan, Materi TVRI SMP, Rabu 10 Juni 2020
Oleh karena itu, perlu adanya edukasi bagi masyarakat soal pariwisata khususnya tentang konservasi laut jelang penerapan ‘normal baru’.
Dalam webinar yang diadakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara membahas pentingnya mengolaborasikan kearifan lokal dalam program konservasi perairan.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati laut nomor 1 di dunia karena menjadi salah satu negara yang terletak di wilayah segitiga karang dunia.
Peneliti Spesialis Terumbu Karang dari Yayasan Konservasi Alam (YKAN), Risya Ardiwijaya mengatakan segitiga karang dunia merupakan garis imajiner yang terdapat keanekaragaman terumbu karang dan hayati laut di dalamnya.
“Di segitiga karang dunia terdapat 6 negara, antara lain Filipina, sebagian Malaysia dan Indinesia, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon,” ujar Risya Ardiwijaya dalam webinar Selasa, (9/7/2020).
Tercatat, lebih dari 600 spesies karang di dalamnya, angka tersebut merupakan dari 75 persen seluruh karang yang ada di dunia.
Ada lebih dari 3000 spesies ikan karang yang tinggal di segitiga karang dunia yang membuatnya menjadi daerah yang sangat kaya dari keanekaragaman laut.
Namun hal ini tidak akan bertahan lama apabila masyarakat tidak tidak melindungi kekayaan alam tersebut dengan semestinya. Lalu apa itu Citizen Science?
“Citizen Science mengacu pada peran serta masyarakat dalam melakukan pendataan atau penelitian berbasis ilmiah dimana masyarakat umum atau lokasi dari tempat kita bekerja dilatih untuk melakukan data, melakukan analisis kemudian memonitor upaya konservasi,” ujar Risya.
Citizen science menghubungkan manusia dan alam melalui science (ilmu pengetahuan) yang sederhana namun berkontribusi besar bagi pelestarian alam.
Dalam hal ini masyarakat setempat yang ada dikawasan pariwisata bahari diajak untuk turut serta untuk tidak hanya memanfaatkan, tapi juga memantau sumber daya alamnya.
“Dalam melakukan konservasi alam, Yayasan Konservasi ALam Nusantara selain terlibat dalampembentukan kawasan konservasi laut, juga bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk melakukan pengelolaan mandiri,” ujar Risya.
“Kami juga melakukan pendampingan dari mulai pembentukan dan evaluasi. Dari sini citizen science bergerak,” lanjutnya.
Peristiwa yang terjadi di laut Bunaken seharusnya menjadi pelajaran bagi Indonesia.
Saat pemerintah membuka penerbangan langsung dari China, terjadi lonjakan turis yang dibarengi dengan ketidaksiapan pemerintah daerah setempat dengan peraturan yang merusak biota laut wilayah tersebut.
Raty Ning, pehoby olahraga diving yang juga seorang pengusaha di industri pariwisata mengatakan penting bagi masyarakat untuk menjaga kawasan pariwisata bahari didaerahnya.
Jika masyarakat dapat mempertahankan kondisi alamnya dengan baik, masyarakat dapat mempertahankan masa jual daerah pariwisata bahari mereka dalam jangka waktu yang lama.
“Kalau alamnya rusak, masa jualan masyarakat juga jadi pendek. Kalau dalam 10 tahun wilayah itu malah jadi ramai, kotor, tidak terurus, terumbu karang dan biota lautnya semua rusak. Orang akan pindah ke tempat lain dan masyarakatnya jadi rugi,” ujar Raty
Salah satu pengusaha yang berkontribusi di YKAN Indonesia itu berharap apa yang terjadi di Bunaken tidak terjadi diwilayah lainnya, seperti Labuan Bajo yang mulai ramai didatangi turis.
“Sebelum terlambat ini harus benar-benar tertata. Pemerintah daerah punya andil yang sangat besar dan kita juga sebagai warga. Jangan samapai terlambat, hancor, hilang dan pindah lagi ke tempat lain sehingga kita tidak dapat apa-apa lagi,” ujar Raty.
“Kita harus belajar dari pengalaman bunaken, jangan sampai terjadi lagi di Labuan Bajo,” lanjutnya.
Tidak lama lagi Indonesia akan memasuki fase ‘normal baru’, sektor pariwisata diprediksi pemerintah akan menghadapi lonjakan turis.
Hal pertama kali pekerjaan rumah pemerintah dan masyarakat Indonesia menurut Raty Ning adalah menerapkan disiplin serta memastikan kurva penyebaran Covid-19 di wilayah yang akan menjadi destinasi wisata landai.
“Disiplin dan memastikan di daerah yang dikunjungi kurvanya flat, agar new normal bisa digerakkan,” ungkap Raty Ning.
Pembatasan sosial juga wajib diterapkan, disatu sisi pembatasan sosial juga dapat menjaga ekosistem di lokasi pariwisata tersebut.
Baca: Sekolah Kedinasan Resmi Dibuka, Catat Tanggal Pendaftarannya
“Jika berbicara new normal, tentu kita berbicara social distancing dimana manusia yang datang ke daerah tersebut terbatas. Itu bisa kita pakai untuk melindungi daerah tersebut. sehingga, aktivitas didaerah tersebut tidak terjadi over eksploitasi,” lanjutnya
Ia juga berharap ada pembatasan turis diwilayah-wilayah tertentu oleh pemerintah, sehingga kawasan konservasi khususnya konservasi terumbu karang tetap terjaga.