Kota Tua dan Sunda Kelapa Direvitalisasi Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia
Kawasan Kota Tua di Jakarta memiliki potensi sebagai kawasan wisata kelas dunia.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Bambang Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga perusahaan terlibat dalam program revitalisasi wisata Kota Tua dan Sunda Kelapa Jakarta, menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Ketiga perusahaan tersebut adalah Jakarta Experience Board/PT Jakarta Tourisindo (JXB), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau dikenal sebagai Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), dan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ).
Kolaborasi itu diwujudkan lewat penandatanganan dokumen Perjanjian Pokok atau Head of Agreement (HoA) oleh Direktur Utama JXB Novita Dewi, Direktur Utama ITDC Abdulbar M. Mansoer dan Direktur Utama PT MITJ Tuhiyat.
Pembentukan JV sebagai pengelola kawasan juga diharapkan menjadi angin segar bagi percepatan perkembangan kawasan Kota Tua - Sunda Kelapa sebagai destinasi wisata yang ramah pejalan kaki di Jakarta.
Baca juga: Tempat Wisata Akan Diawasi Ketat Selama Periode Larangan Mudik Lebaran
Tidak hanya mendongkrak sektor pariwisata, pengelolaan kawasan juga diharapkan memberi kontribusi dengan menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa.
Baca juga: Mudik Lebaran Dilarang, Sandiaga Ajak Masyarakat Berwisata di Destinasi Wisata Lokal
Direktur Utama JXB, Novita Dewi mendukung langkah kolaborasi antar pusat dan daerah melalui JV ini. JXB menilai kawasan Kota Tua memiliki potensi sebagai kawasan wisata kelas dunia.
“Selama ini banyak sekali stakeholders yang terkait dengan Kota Tua, namun tidak ada sistem yang menghubungkan antar stakeholders," jelas Novita dalam keterangannya, (29/4/2021).
"Dengan kolaborasi, kita dapat melakukan pengelolaan yang efisien untuk mewujudkan Kota Tua sebagai magnet baru pariwisata Jakarta, bahkan Indonesia,” sambungnya.
Pengelolaan kawasan Kota Tua – Sunda Kelapa ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu mesin penggerak ekonomi daerah, meningkatkan nilai ekonomi wilayah dan membangun rasa percaya diri (local pride) masyarakat setempat.
“JV ini diharapkan dapat memberikan solusi atas segala permasalahan di Kota Tua dan merupakan suatu langkah konkrit atas banyaknya sikap skeptis bahwa revitalisasi Kota Tua tidak akan pernah selesai,” tambah Novita.
Sinergi ITDC dalam JV untuk mewujudkan Kota Tua-Sunda Kelapa menjadi kawasan pariwisata terpadu yang modern yang tetap mempertahankan nilai heritage dan akan mengokohkan Jakarta sebagai salah satu destinasi pariwisata paling bersejarah di Indonesia.
Keterlibatan ITDC sebagai BUMN Pariwisata dalam pengembangan Kota Tua-Sunda Kelapa ini juga merupakan langkah yang tepat mengingat daya tarik di kedua lokasi tersebut berupa bangunan dan fasilitas yang mayoritas merupakan aset milik BUMN.
Antara lain, Pelabuhan Sunda Kelapa (Pelindo 2), Stasiun Kota/BEOS (KAI), Museum Bank Mandiri (Bank Mandiri), dll.
Dengan pengalaman yang dimiliki ITDC dalam mengembangkan kawasan pariwisata kelas dunia, diyakini akan mampu memaksimalkan nilai bangunan-bangunan tua milik BUMN.
Melalui pembentukan JV ini juga akan tercipta sebuah ‘super team’ serta sinergi yang kuat dari entitas-entitas yang memiliki rekam jejak dan reputasi yang baik di bidang masing-masing.
Sejalan dengan hal tersebut, PT MITJ selaku eksekutor integrasi berperan aktif mengelola transportasi terintegrasi di kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa.
Selain aspek integrasi transportasi publik, PT MITJ juga fokus mengembangkan Kawasan berorientasi Transit atau TOD di Kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa.
Berkaca kepada penataan kota-kota besar di dunia, seperti Amsterdam, Paris, Roma, dan Williamsburg, Virginia maka sudah sepatutnya kawasan Kota Tua dikembangkan, namun tanpa meninggalkan khas Batavia tempo dulu.
Kota Tua-Sunda Kelapa juga memiliki potensi menjadi kawasan strategis bila didukung adanya integrasi transportasi publik, pariwisata, wahana edukasi, dan pengembangan properti yang terpadu guna mendorong pertumbuhan ekonomi pada kawasan tersebut.
“Dalam aspek pengintegrasian transportasi publik, kawasan ini nantinya akan terhubung melalui stasiun commuterline eksisting yaitu Stasiun Beos (Kota Tua) dan stasiun MRT yang terintegrasi secara underground yang kini telah masuk dalam pembangunan MRT Fase 2A (CP203) yang ditargetkan selesai pada tahun 2027," ujar Direktur Utama PT MITJ Tuhiyat.