VIDEO Jelajahi TCEC Wisata Edukasi yang Membawa Lebih Dekat dengan Penyu: Tidak Dipungut Biaya
buka dari Senin hingga Sabtu, pukul 09.00 WITA hingga 16.00 WITA. Menariknya, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis.
Editor: Srihandriatmo Malau
Bali memiliki tradisi adat yang sering kali menggunakan penyu dalam upacara keagamaan seperti Pedudusan Agung, Ngenteg Linggih, Eka Dasa Rudra, dan Panca Bali Krama.
Sayangnya, prosesi upacara adat yang suci ini malah dijadikan kedok untuk perdagangan penyu ilegal, yang juga diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang gemar mengonsumsi daging penyu dan menggunakan cangkangnya sebagai suvenir atau hiasan pada waktu itu.
Harga penyu yang bisa mencapai puluhan juta rupiah masih menjadi godaan bagi para pelaku ilegal, bahkan hingga kini.
Di sinilah TCEC memainkan peran penting, memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya penyu bagi ekosistem laut dan upaya mencegah kepunahannya.
“Awal berdirinya Pusat Pendidikan dan Konservasi Penyu ini adalah untuk mengurangi perdagangan penyu ilegal di Bali dan kita juga berjuang untuk memulihkan nama Bali yang awalnya disebut pembantai penyu."
"Sekarang perlahan sudah membuat citra positif lewat perawatan dan pelestarian penyu itu sendiri, ujar I Made Sukanta, pengelola TCEC. ”
“Jadi kita di sini bertugas selain merawat dan melestarikan penyu, kita juga memberikan edukasi tentang penyu itu sendiri; kenapa itu dilindungi, kenapa perdagangan penyu itu ilegal. Kita berikan edukasi di sini baik pengunjung dalam negeri maupun luar negeri,” tambah Pak Sukanta.
Tak Sebatas Merawat Penyu
Tugas mulia yang diemban oleh Pak Sukanta dan tim TCEC tidak hanya sebatas merawat penyu yang terluka atau dalam kondisi tidak sehat.
Tetapi juga membantu penyu-penyu tersebut hingga siap dilepas kembali ke habitat aslinya.
Penyu-penyu yang ditampung di TCEC kebanyakan berasal dari hasil tangkapan tangan dan penyitaan oleh Polda Bali, kecelakaan akibat aktivitas nelayan, serta laporan dari masyarakat dan komunitas.
Selain penyu, TCEC juga menerima dan merawat telur-telur penyu yang ditemukan di lapangan atau hasil laporan masyarakat.
Telur-telur ini ditampung hingga menetas, kemudian anak-anak penyu dilepas kembali ke laut dalam waktu 1-2 hari.
“Kita banyak menemukan telur-telur penyu yang dalam kondisi tidak terkubur sempurna, takutnya nanti entah dimakan anjing atau burung, atau bisa dipungut manusia."