Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menapaki 551 Anak Tangga Kubah Gereja Santo Petrus yang Melegenda
Penulis buku Inside The Vatican: The Politics and Organization of the Catholic Church menuangkan pengalaman sebagai imam Katolik.
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Ade Mayasanto
Peziarah dari berbagai negara selalu memadati gereja yang mulai dibangun tahun 1506 itu. Rata-rata 300 ribu orang berkunjung ke Vatikan, dan tujuan utama Basilika Santo Petrus. Tidak semua orang boleh masuk ke gereja. Petugas keamanan secara berlapis menyeleksi, dimulai petugas yang menggunakan alat pemindai logam, seperti halnya setiap orang yang hendak menumpang pesawat terbang komersial.
Selain dilarang membawa barang bawaan ukuran besar, pengunjung diwajibkan menaatai tata krama berpakaian. Misalnya, dilarang menggunakan pakaian tanpa lengan atau top tank, bikini, celana pendek minim, dan topi. Perempuan yang mengenakan celana pendek minim, lazim menutupi bagian auratnya dengan kain selendang, atau semacam kerudung, yang banyak dijual di luar lingkungan basilika.
Pagi itu, Romo Markus usai mempersembahkan misa berbahasa Indonesia untuk tiga orang rombongan wartawan asal Jakarta, kapel Maria Bunda Kerahiman, ruang sempit di lantai bawah tanah gereja Basilika Santo Petrus, lebar kali panjang, kira-kira 4 meter x panjang 8 meter. "Saya tidak biasa bawa orang bayak ke sini, paling satu satu orang tamu, sebab kalau banyak akan ribet diperiksa penjaga (Swiss Guard)," ungkap Romo Markus.
Setelah mengantarkan kami mendapatkan empat lembar tiket untuk ikut bertemu Paus Benediktes XVI dalam acara mingguan di aula, kami diajak ke dalam mobil Fiat, kendaraan berpenumpang lima orang termasuk sopir. Ini mobil dinas dari orde SVD.
Kami dibawa ke Markas Besar Polisi Vatikan untuk mendapatkan izin memasuki taman Vatikan, yang semua berupa gunung, Mons Vaticanos. Ia mengangkut kami, menanjak ke arah puncak di belakang Basilika. Dia pun menunjukkan cerobong konklaf, tempat keluarnya asap, kejadian langka, pertanda para kardinal telah selesai menyalurkan hak pilih dalam menentukan paus baru.
"Silakan turun, foto-foto. Sebentar saja ya, saya menunggu di mobil," katanya sembari mengarahkan kami mendekat ke patung Santo Petrus yang berdiri tegap, tangan kanan diangkat di atas bahu seperti memberi berkat, menghadap gereja Basilika.
"Ini adalah goa pertapaan paus. Paus sering ke sini bermeditasi malam-malam," kata Romo Markus ketika menunjukkan goa buatan dengan patung elang di puncaknya. Air terjun jernih mengalir lumayan deras. Dia pun membawa kami ke tempat pendaratan helikopter yang biasa mengangkut paus, tempatnya di bagian paling atas, persis di sudut, tembok yang berbatasan dengan Roma. "Paus sering menggunakan heli, untuk kunjungan ke kantor pemerintah di Italia, tidak pakai mobil."
Di dekat helipad juga ada goa Maria, Tak jauh dari helipad, terdapat menara radar, yang mengawasi aktivitas di sekitar Vatikan. Juga lonceng jubelium agung 2000, lonceng perdamaian ukuran besar, yang diresmikan Paus Yohanes Paulus II awal tahun 2000.
Taman Vatikan buka setiap hari, dari pagi hingga pukul 14.00 waktu setempat. Wisatawan pun boleh masuk, namun dalam jumlah terbatas dan membayar cukup mahal. Waktu dibatasi hingga setengah hari untuk selanjutnya taman itu digunakan paus atau para kardinal untuk rekreasi atau jalan-jalan santai.
Bagian lain dari Gereja Basilika Santo Petrus adalahan 'uji nyali' menaiki kubah. Ukuran Gereja Santo Petrus Basilika serba raksasa. Lebar tampak depannya saja menjadi 117 meter, tinggi 50 meter, luas bangunan sekitar 21.000 meter persegi dan tinggi kubahnya melebihi 136,37 meter. Tampak luar dari kejauhan, kesan mirip kubah masjid di Indonsia. Dari dalam kental ornamen dan lukisan serba keramik, bebatuan atau logam.
Kali ini kami tanpa Romo Markus. Siapa saja boleh naik ke kubah, cukup mengeluarkan uang. Boleh menggunakan lift untuk setengah jalan, atau boleh menapaki anak tangga sedari bawah. Menggunakan lift dikenakan biaya 7 euro setara Rp 85 irbu, selebihnya menapaki 320 anak tangga menuju puncak.
Jika berjalan sedari dari lantasi dasar, pastikan otot-otot paha, lutut dan betis anda cukup kuat. Sebab ada tantangan untuk menapakai 551 anak tangga. Selisih harga tiket 2 euro lebih murah. Menapaki anak tangga ini butuh kekuatas fisik. Selain ratusan anak tangga yang dilangkahi, lorong menuju kubah pun berliku, seperti rolling door, dan sempit.
Jalan terdapat antara dinding terluar kubah dengan dinding dalam, semakin ke puncak semakin kecil, muat sebadan, dan miring atau melengkung ke dalam. Umumnya pendaki tampak terngah-engah, ngos-ngosan sembari bertopang tangan pada paha. "Wah capek sekali, lututku gemetar," ujar John Arthur, pengunjung asal London. Dia datang bersama kekasihnya.
Persiapan fisik memang perlu sekali. Begitu masuk ke rute menanjak di gang sempit itu, pengunjung tidak boleh menyerah. Sebab jalan sempit tidak memungkinkannya berbalik arah, turun. Jalan turun dan naik, dibuat berbeda. Jadi setelah masuk jaluir naik, sesorang harusnya menggenjot langkah agar tidak diomeli pengunjung lainnya.