Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menapaki 551 Anak Tangga Kubah Gereja Santo Petrus yang Melegenda
Penulis buku Inside The Vatican: The Politics and Organization of the Catholic Church menuangkan pengalaman sebagai imam Katolik.
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Domu D Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN - "INI adalah parkir VVIP. Mobil tamu penting paus seperti presiden negara lain masuk ke sini. Tidak sembarang orang bisa ke sini," ujar Romo Markus Solo Kewuta SVD, rohaniawan Katolik, Selasa, pekan lalu, dengan murah hati menjadi 'pemandu wisata' untuk rombongan wartawan asal Jakarta di lingkaran dalam istana Vatikan.
"Saya akan bawa mas-mas, memasuki ruang-ruang atau tempat rahasia yang biasanya dijaga ketat pengawal," kata Romo Markus yang menjabat penasihat paus selaku Sekretaris Eksekutif Desk Urusan Kristen-Islam Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama di Asia, Amerika Latin, dan Afrika Sub-Sahara. Ia menjadi penasihat paus sejak 2007.
Pernyataan Romo Markus di atas tidak berlebihan. Administrasi kepausan hingga hierarkhi gereja Katolik Roma pada skala terkecil, seperti paroki atau gereja lokal, pun terkesan rapih dan sangat rahasia. Karena situasi tersebut sulit bagi sembarang orang mengakses tempat-tempat di mana ada dokumen penting gereja. Bahkan untuk kalangan internal sekalipun.
Thomas Reese SJ, seorang pastor ordo Jesuit Amerika Serikat mengakui hal itu. Penulis buku Inside The Vatican: The Politics and Organization of the Catholic Church menuangkan pengalaman sebagai imam Katolik, dan hasil perbincangan dengan orang dalam Vatikan.
BACA TOPIK TULISAN SEPEKAN DI VATIKAN
Reese menggambarkan hierarki Vatikan sebagai suatu birokrasi yang sangat rapi dan rahasia sekali. Dia menuliskan pengalaman, tidak mudah mewawancara untuk mengorek informasi lebih dari 100 pejabat Vatikan untuk mendapatkan data.
Saking sulitnya menembus batas-batas kerahasiaan itu, dia mengutip satu lelucon yang menggambarkan tingginya kerahasiaan data dan informasi di jantung gereja Katolik Roma itu, yaitu, "Jangan berpikir. Tapi, jika anda berpikir, jangan berbicara. Andai pun berbicara, janganlah menuliskannya. Jika anda berpikir dan berbicara, jangan menulis. Bila anda berpikir, berbicara dan menuliskannya, hindari mencantumkan nama. Dan kalau nekat, anda tetap berpikir, berbicara, menulis dan mencantumkan nama sendiri, maka anda jangan kaget."
BACA JUGA: Paspampres Paus Ganteng-ganteng, Dipilih dari Swiss
Buku tulisan Reese ini dianggap sebagai buku wajib bagi siapa saja yang ingin mengetahui perjalanan ke Vatikan, terutama wartawan yang ingin meliput kegiatan di Vatikan, terlebih berkaitan dengan konklaf, pemilihan pimpinan umat lebih 1 miliar itu, paus.
Kepausan dan Gereja Basilika Santo Petrus berada dalam satu kompleks. Gereja menghadap tenggara, segaris lurus dengan tugu obelisk. Ada pun istana paus, tempat dia biasa memberi berkat pada hari raya Natal, menghadap selatan. Kedua bangunan itu termasuk mengelilingi halaman Bernini.
Di dalam gereja, para paus, orang kudus dan martir gereja di makamkan. Di lantai bawah tanah, terdapat makam Santo Petrus, rasul pertama Nabi Isa atau Yesus Kristus. Persis di atas makam Santo Petrus, yang tempatnya di tengah-tengah gereja, didirikan altar. Empat pilarnya berwarna tembaga, menjulang tinggi. Untuk mempersembahkan misa, para imam keluar masuk dari tangga bawah tanah, yang melingkari makam.
Kemudian di altar utama, tampak menonjol ornamen malaikan berwarna keemasan, burung merpati lambang roh kudus dengan berkas sinar. Di bagian bawah, patung para martir dan orang kudus, dua di antaranya mengenakan topi kebesaran paus.
Menuju pintu keluar, sebelah kanan terdapat antara lain mummi Paus Sixtus X. Mummi terbujur di dalam kaca, yang dilindingi terali besi. Sementara di sisi kiri gereja, makam Paus Yohanes Paulus II. Semula, dia dimakamkan di ruang bawah tanah. Sejak telah mendapat gelar beato (orang suci), 1 Mei 2011, jasad pemilik nama asli Karol Józef Wojtyla dipindah ke lantai dasar, di dalam gereja.