Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Politisasi Asap dan Sikap SBY

Singapura dan Malaysia menuntut Indonesia berupaya lebih untuk menghentikan kabut asap

zoom-in Politisasi Asap dan Sikap SBY
Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda
Petugas menaikkan bendera merah putih diantara kabut asap tebal menyelimuti kota Pekanbaru, Selasa (25/6/2013). Pemerintah melakukan sejumlah upaya guna mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang lebih luas dengan melakukan hujan buatan serta penambahan personil pemadaman kebakaran. (Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda) 

Tentu saja, itikad politik yang kuat sangatlah dibutuhkan, tambahnya.

Sementara itu, sebuah jajak pendapat menunjukkan walau sangat cemas, mayoritas warga Singapura yakin mereka dapat melewati krisis kabut asap yang sedang mendera saat ini.

Channel News Asia, Kamis (27/6/2013), melaporkan, hasil jajak pendapat menunjukkan delapan  dari 10 warga Singapura menunjukkan keyakinannya.Hampir 80 persen warga negeri kota itu menyatakan cemas menghadapi gangguan kabut asap ini.

Meski demikian, 84 persen responden survei sangat yakin krisis kabut asap ini akan dapat dilewati.Jajak pendapat yang digelar lembaga Reach yang bekerja sama dengan pemerintah Singapura ini juga menunjukkan 97 persen warga Singapura juga mengetahui cara terbaik mencari informasi soal kabut asap ini.

Sebanyak 76 persen mendapatkan informasi dari surat kabar, sedangkan 45 persen kerap memantau situs media online, termasuk situs web Lembaga Lingkungan Nasional (NEA).

Sebagian besar warga Singapura juga memahami langkah-langkah pencegahan dan medis yang harus diambil jika menderita gangguan kesehatan akibat kabut asap.Mereka juga rutin memantau angka indeks polutan yang diperbarui setiap tiga jam sekali.

Artinya, warga Singapura lebih dewasa menyikapi bencana ini dengan tidak mempolitisirnya.

BERITA TERKAIT

Politisasi dan Kebablasan

Berbeda dengan sikap masyarakat Singapura yang dewasa dalam menanggapi masalah “asap” ini, kondisi berbeda ditunjukkan melalui reaksi yang berlebihan/kebablasan dan politisasi terhadap masalah ini. Politisi dilakukan salah satu parpol yang menilai permintaan maaf SBY melemahkan diplomasi Indonesia, sedangkan tindakan kebablasan dilakukan seorang hacker yang disinyalir berasal dari Indonesia membuat kehebohan, Kamis (27/6/2013), di negeri jiran, Singapura.

Hacker yang menamai dirinya "bambu" ini berhasil menjebol situs Eu Yan Sang, perusahaan obat-obatan yang terkenal di Singapura. Dia mengecam tindak tanduk warga Singapura yang menyalahkan Indonesia sebagai biang kerok dari asap yang menyelimuti negeri mereka.

"Jangan coba-coba menghina negara kami, Indonesia, hanya gara-gara kabut asap di negara kalian!" tulis hacker itu.

Berdasarkan pernyataan yang ditulis, bambu menyatakan dia didukung oleh J.A.M.5 Team, sebuah kelompok yang berasal dari Tanah Air. Selain itu, bambu juga menuliskan bahwa dia telah menjebol situs-situs lain seperti studymusicinlondon.com dan ineltronics.com.

Menutup tulisannya, bambu mengakhiri dengan "dari Indonesia, saya bukan hacker".

Dalam konteks hubungan internasional, permintaan maaf Presiden SBY menurut Prof. Hikmahanto Juwana permintaan maaf dalam hubungan internasional memiliki banyak makna, tergantung pada konteks mengapa "maaf" diminta atau diberikan.Makna maaf bisa berkaitan dengan masalah kedaulatan. Semisal, pasca Perang Dunia II hingga saat ini China menghendaki Jepang agar meminta maaf atas kekejian yang dilakukan tentara Jepang.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas