Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
PM Jepang ke Indonesia, Waktunya Promosi Lebih Baik Lagi
Seorang intelektual Anies Baswedan mengatakan Jepang merupakan negara paling terisolasi. Padahal
Editor: Widiyabuana Slay
Oleh: Richard Susilo *)
TRIBUNNEWS.COM - Seorang intelektual Anies Baswedan mengatakan Jepang merupakan negara paling terisolasi. Padahal Anies sendiri selama beberapa bulan pernah kuliah musim panas di Sophia University Tokyo, yang semestinya lebih tahu dari kita semua yang mungkin belum pernah tinggal di Jepang. Sewajarnya pula mempelajari Jepang dengan lebih baik karena pernah berada dan hidup di Jepang walaupun hanya jangka waktu singkat.
Kenyataan komentarnya tersebut bernada negatif terhadap Jepang, hanya karena menganggap Jepang “tidak mau” berbahasa Inggris mungkin sehingga dianggap Negeri Sakura ini terisolasi. Alasan lain mungkin karena dianggap nasionalisme Jepang yang kental sehingga membuat negeri itu malah terisolasi.
Sebagai warga negara Indonesia yang telah lebih dari 20 tahun tinggal di Jepang, penulis melihat Jepang sebagai Negara yang tidak terisolasi, membuka diri dengan baik. Masalah bahasa wajar saja. Penulis pun benci kalau ada orang Indonesia yang merasa hebat bisa berbahasa Inggris. Penulis lebih merasa bangga kalau ke mana-mana, apalagi di dalam negeri Indonesia kita bicara bahasa Indonesia dengan baik, ketimbang menggunakan bahasa Negara lain.
Jadi wajarlah kalau Jepang memelihara dengan baik bahasanya, semua hanya berbicara bahasa Jepang, melestarikan dengan baik. Bukan berarti mereka tak bisa berbahasa Inggris. Mereka adalah orang perfectionist (segi positif juga ada karakter ini), tidak mau bicara bahasa Inggris kalau mengerti separuh-separuh, tanggung-tanggung. Mengapa? Karena komunikasi akan kacau nantinya kalau kita hanya mengetahui tanggung-tanggung. Kesempurnaan (perfectionist) ini ada bagusnya kita terapkan di pekerjaan apa pun, seperti orang Jepang, jangan bekerja separuh-separuh, jangan tanggung-tanggung, mau kerja apa tidak, kalau kerja pun selesaikan sampai titik terakhir.
Lalu Jepang dibilang nasionalisme tinggi. Wajar saja, setiap negara mestinya punya hal demikian. Itulah sebabnya penulis sangat bangga dengan Made in Indonesia. Ketemu sepatu Made in Indonesia di sebuah mall di Tokyo, langsung penulis beli. Ternyata kualitas negara kita sendiri bagus kok. Siapa lagi yang akan membela bangsa Negara dan produk kita sendiri kalau bukan bangsa Indonesia sendiri.
Orang Jepang pun juga demikian, apakah jelek apakah dengan demikian dianggap menutup diri, mengisolasi diri?
Kemudian kasus zaman perang dunia kedua masih sering kita dengar saat ini, ketidakpuasan terhadap pasukan tentara Jepang yang sadis di saat perang dunia kedua.
Masalah lalu memang demikian. Perang di mana pun tak ada yang baik dari segala sisi bahkan merugikan banyak pihak, termasuk menjadikan dunia (semua negara) tidak stabil. Lihat saja perang di Siria saat ini yang ternyata membuat banyak Negara kupingnya panas, lalu membuat unjuk rasa ke kedutaan besar Amerika Serikat dan sebagainya.
Apabila kita pikirkan terus soal perang dunia masa lalu, sampai kapan pun tak akan berakhir. Terpenting adalah melihat ke masa depan. Bagaimana kita semua bisa hidup berdampingan dengan baik, dengan aman, nyaman, damai bersama. Inilah yang lebih penting ketimbang melihat hal-hal di masa lalu.
Kita juga mesti melihat kenyataan bantuan Jepang selama ini sehingga Indonesia bisa maju seperti sekarang. Informasi ini mestinya berkesinambungan disampaikan pihak Jepang di Indonesia. Namun bagi penulis yang mengetahui semua bantuan Jepang kepada Indonesia, mungkin bisa berguna dibaca anggota masyarakat di Indonesia.
Sampai dengan 2010 sedikitnya 58 miliar dollar AS bantuan Jepang buat Indonesia telah disampaikan. Bantuan Jepang lewat ODA (Overseas Development Assistant) terbesar kedua selain China diberikan Jepang kepada Indonesia selama ini.
Tahun 2012 sendiri saja untuk 45 proyek dengan dana 43 miliar dollar AS. Bunga pinjaman antara 0,01 persen sampai dengan 1,5 persen per tahun. Bisa dibayangkan dan diusut lebih lanjut, di mana ada organisasi, badan, perusahaan, Negara yang mau memberikan pinjaman dengan bunga sangat rendah itu kecuali Jepang?
Melalui investasi Jepang di Indonesia dan atau bantuan miliaran dollar AS Jepang ke Indonesia, perekonomian Indonesia berputar dengan baik. Perkembangan perekonomian Indonesia semakin indah, seiiring dengan kestabilan politik di Indonesia pula. Pada akhirnya masyarakat Indonesia sendiri yang menikmati keberhasilan pembangunan Indonesia, dengan kerjakeras dari pemerintah Indonesia beserta aparatnya, ditambah bantuan dana dari Jepang tersebut.
Kemajuan itu pulalah membuat Indonesia bisa membayar balik hutang-hutangnya kepada Jepang sehingga per akhir Desember 2011 jumlah hutang Indonesia kepada Jepang menjadi hanya sekitar 19 miliar dollar AS (data Kementerian Luar Negeri Jepang).
Jepang pun juga pernah kewalahan di bidang perminyakan yaitu tahun 1973 saat krisis minyak dan Indonesia membantu Jepang saat itu sehingga Jepang lolos dari kesulitan minyak. Itulah satu saat di mana Jepang sangat berterima kasih kepada Indonesia.
Kini hubungan kedua Negara sudah 55 tahun. Namun demikian tidak sedikit suara sumbang kepada Jepang. Bukan penulis membela Jepang, tetapi dari kenyataan yang ada banyak sekali bantuan Jepang kepada Indonesia. Mestinya kita banyak berterima kasih kepada Jepang.
Masih ingatkah juga kita akan Tsunami di Aceh Desember 2004? Pasukan bela diri (SDF) pertama yang membantu Aceh saat itu termasuk para dokter dan tim medis adalah dari Jepang. Barulah menyusul bantuan dari Negara lain berdatangan. Saat pasukan SDF Jepang meninggalkan Aceh pun, banyak rakyat di sana menangis karena begitu besarnya jasa mereka banyak membantu rakyat Aceh dan begitu dekat, bergaul dengan manis bersama rakyat setempat.
Itulah kenyataan yang ada hubungan kedua Negara ini. Jadi bukan Jepang menutup diri sehingga disangka tertinggal dalam bisnis dan sebagainya. Jepang tidak mengisolasikan dirinya. Tetapi kita sendiri yang mungkin mesti lebih banyak lagi belajar mengenal Jepang, mengenal budayanya, mengenal karakter manusianya dan segalanya.
Upaya promosi pemerintah Jepang memang terasa masih kurang untuk men-sosialisasikan hal ini di tengah masyarakat Indonesia, terutama kepada generasi muda Indonesia saat ini. Kedatangan PM Jepang Shinzo Abe di Indonesia saat ini mungkin bisa menjadi titik balik Jepang untuk semakin aktif lagi menginformasikan mengenai dirinya agar tidak terjadi salah pengertian di antara bangsa Indonesia mengenai bangsa negeri Sakura ini.
Semoga saja mendapat perhatian dari pemerintahan Jepang lebih lanjut dalam menjalin persahabatan yang lebih baik khususnya dengan Negara-Negara di Asean.
*) Penulis adalah Koordinator Forum Ekonomi Jepang-Indonesia (JIEF), domisili lebih dari 20 tahun di Jepang, konsultan bisnis professional Indonesia-Jepang. Email: info@promosi.jp