Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

Sejuta makna demokrasi selalu menghendaki peran lebih rakyat dari waktu ke waktu. Proses pelimpahan mandate rakyat melalui Pemilu setidaknya mengharuskan penghormatan Partisipasi Aktif langsung Umum Bebas Rahasia atau PALUBER dengan menghindari Pengaruhi Orang Lain Intimidasi Tujuan Interes Kekuasaan Hujatan Intrik Teror Anasir Menyesatkan atau POLITIK HITAM.

Berlangsungnya PALUBER yang dan indeks POLITIK HITAM yang kecil, ditenggarai menyumbang penumbuhan demokrasi berkeadaban yang berwujud “bonus kemerdekaan” sehingga dapat dinikmati lintas generasi.

Dalam konteks Pilpres 2014, terjadi kebangkitan ulangsemangat Jenderal Besar Soedirman oleh sebahagian besar rakyat Indonesia untuk mengambil peran aktif menentukan arah perubahan bangsa dengan terminologi partisipasi.

Jika Gerilya Panglima Besar disokong rakyat lahir batin, partisipasi rakyat di pilpres khusus pendukung Jokowi terdorong oleh Pikir Ikut Hati Injeksi Kaki Jokowi PIKIHATIKI Jokowi yang terkenal dengan BLUSUKAN atau Berorientasi Langsung Untuk Sentuh Unsur Kerakyatan Aktif Nyata.

Model pengabdian ini menjadi pemicu partisipasi publik sehingga multifaktor salah satunya gerakan SADARI atau Salam Dua Jari menggumpalkan emosi rakyat mendukung Jokowi.

Yang menarik Revolusi Mental sekarang juga atau RENTAL SERANGGA telah menghidupkan semangat Budi Pekerti Ahklak Terpuji Energi Rekonstruksi Amanat Indonesia atau BATERAI menjadi bangsa ber-Mental Juara.

Sehingga PIKIHATIKI Jokowi juga menginspirasi Gelora Empati Rakyat Independen Langsung Yakin Abadi atau GERILIYA Indonesia.

Menjadi bahan dasar Indinesia Kampiun Dunia karena kekuatan Puasa Budi Pekerti Akhlak Terpuji Manusia Indonesia.