Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Rendahnya Pendidikan Karakter Penyebab Kekerasan Murid SD di Bukittinggi

Adegan yang dipertontonkan melalui YouTube tersebut tentu memprihatinkan. Pertanyaannya, mengapa mereka melakukan hal tersebut?

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Rendahnya Pendidikan Karakter Penyebab Kekerasan Murid SD di Bukittinggi
NET
Video anak SD pukul temannya sendiri 

Oleh: Abdul Waidl
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI)

Minggu ini kita mendapat suguhan adegan kekerasan anak SD terhadap temannya. Sekitar 7 anak (laki-laki dan perempuan) secara bergantian menghujani tendangan dan pukulan kepada satu siswi (perempuan) di pojok kelas.

Tidak tampak ada tindakan pencegahan dari anak-anak yang lain, mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Adegan yang dipertontonkan melalui YouTube tersebut tentu memprihatinkan. Pertanyaannya, mengapa mereka melakukan hal tersebut?

Bila mereka tidak suka terhadap kelakuan atau perkataan si korban, mengapa anak-anak yang kira-kira masih berusia sekitar 10 tahun tega membalas dengan kekerasan dan melakukannya secara bersama-sama (bergerombol)? Apa yang terjadi dengan pendidikan kita, dan terutama dengan anak-anak kita? Mental apa yang sedang diidap anak-anak kita?

Anak-anak seperti sifatnya yang asli, mereka adalah pencontoh yang baik atas apa yang terjadi di keluarga dan lingkungan sekitarnya, termasuk lingkungan pendidikan.

Mereka bisa mencontoh apa yang terjadi dalam keluarga yang menyelesaikan permasalahan dengan kekerasan, tontonan sinetron yang menyuguhkan anak-anak SD-SMA yang sudah memiliki anggota gang dan melakukan kekerasan, tontotan para elit pemimpin negara yang berantem bahkan secara fisik, menyaksikan tawuran antar pelajar, dan sebagai “pelaku langsung” kekerasan dalam permainan (games).

Berita Rekomendasi

Di dalam dunia pendidikan, anak-anak juga kerap menerima kekeraasan, seperti halnya kekerasan karena beban mata pelajaran yang harus dikerjakan di dalam kelas dan dilanjutkan di rumah.

Mereka sedikit memiliki waktu bermain sebagai anak-anak. Mereka jenuh dan stress.

Ditambah dengan tontonan kekerasan yang berubah menjadi tuntunan, maka memukul dan menendang kepada teman menjadi bagian dari “pelampiasan” atau menjadi bagian dari sedikit hiburan.

Hal yang lain, keadaan demikian juga sekaligus mencerminkan rendahnya pendidikan karakter dan budi pekerti kepada anak-anak.

Anak-anak hanya “dipaksa” menelan praktek pengajaran yang melelahkan, dipaksa menguasai pelajaran secara kognitif. Termasuk dalam pelajaran agama, mereka hanya diharuskan menguasai ajaran-ajaran formal agama.

Anak-anak tidak diberi suguhan materi akhlaq dan karakter yang melibatkan rasa dan hati.

Disebabkan oleh tekanan keharusan lulus secara formal, menambah depresi tak tertahankan dialami anak-anak.

Oleh karena itu, kami menyerukan kepada seluruh elemen bangsa:

1). Mulai dari presiden dan pimpinan lembaga tinggi negara agar memberi contoh dan tuntunan yang baik dan menghentikan praktik politik barbarian.

2). Kepada kementerian pendidikan dan keagamaan agar memperhatikan ranah batin para siswa, bukan semata tekanan-tekanan lahiriyah yang mengagungkan standar-standar hasil ujian yang semu.

3). Kepada seluruh kepala sekolah dan guru agar mendidik anak dengan baik. Kepala sekolah dan guru agar tidak lalai melakukan pengawasan terhadap anak-anak.

4). Semua pihak yang dinyatakan lalai harus mendapat sangsi yang tegas, agar bersama-sama memandang kasus tersebut sebagai pembelajaran yang tidak boleh terulang sekaligus menjadi inspirasi untuk menjadi sekolah menjadi ramah anak.

5). Anda semua bertanggung jawab kepada pertumbuhan anak-anak di masa sekarang dan akan datang.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas