Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
IPW: Ujung Tombak Buwas Digantikan dengan Teman Jokowi
Kasus pencopotan Komjen Budi Waseso (Buwas) sebagai Kabareskrim telah membuat konflik segi empat.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pencopotan Komjen Budi Waseso (Buwas) sebagai Kabareskrim telah membuat konflik segi empat, yakni antara Polri dengan elit penguasa, antara Polri dengan koruptor, antara Polri dengan konglomerat
hitam, dan konflik di internal Polri.
Akibatnya penunjukan pengganti Buwas pun menjadi alot dan diwarnai tarik menarik antar kepentingan pihak-pihak yang berkonflik.
Dengan dipilihnya Komjen Anang Iskandar sebagai Kabareskrim, Indonesia Police Watch (IPW) berharap, konflik tersebut mereda, meski para koruptor menjadi besar kepala karena merasa bisa menjatuhkan Kabareskrim Budi
Waseso.
Untuk itu IPW berharap kasus-kasus korupsi yang sudah dibongkar Buwas bisa dituntaskan Anang agar Polri tidak dilecehkan para koruptor.
IPW menilai tantangan terberat bagi Anang adalah menanggung beban psikologis dan traumatis pasca kasus Buwas. Bagaimana pun Anang tentunya akan berpikir dua kali untuk bersikap agresif menangani atau melanjutkan kasus-kasus korupsi yang sudah dibongkar Buwas.
Bagaimana pun Anang pasti takut "dibuwaskan" oleh elit penguasa yang sudah diperalat koruptor. Artinya publik sulit mengharapkan kasus-kasus korupsi yang sudah dibongkar Buwas akan berlanjut penyidikannya hingga ke pengadilan.
Traumatik yang ditanggung Anang diperkirakan akan membuat kasus-kasus korupsi itu "ditiarapkan". Tentunya hal ini akan membuat koruptor merasa menang dan makin besar kepala.
Akan mandeknya penanganan korupsi ini juga akibat pernyataan Menkopolhukam yang mengatakan, dalam membongkar kasus korupsi, Buwas sudah menimbulkan kegaduhan yang berdampak pada rusaknya perkembangan ekonomi. Pernyataan Menkopolhukam ini tentulah sangat salah kaprah dan membuat aparat kepolisian menjadi takut dalam menangani kasus-kasus korupsi.
Bersamaan dengan dimutasinya Buwas, sejumlah kapolda dan pejabat tinggi Polri ikut dimutasi. Ada dua hal yang menarik dalam mutasi kali ini.
Pertama "dibersihkannya" orang-orang Sutarman (mantan Kapolri). Kedua, masuknya teman dekat Jokowi memegang jabatan strategis, yakni Brigjen Bambang Waskita yang menjadi Dirkrimsus.
Selama ini Dirkrimsus Brigjen Viktor Simanjuntak menjadi ujung tombak Buwas dalam mengungkap kasus-kasus
korupsi, seperti kasus TPPI, kasus Pertamina Foundation, kasus Pelindo II, dan lain-lain. Apakah kawan dekat Presiden Jokowi ini mampu membongkar kasus-kasus korupsi seperti yang dilakukan Viktor, kita tunggu saja.
Penulis: Neta S Pane, Ketua Presidium Ind Police Watch