Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Politik Panggung Telenovela

Posisi Indonesia Indonesia yang sulit kala itu, berhasil dinetralisir oleh tim yang dipimpin Haji Agus Salim

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Politik Panggung Telenovela
ist
Tommy Rusihan Arief 

Oleh:  Tommy Rusihan Arief

Diplomat kawakan Indonesia dan mantan Menlu, Haji Agus Salim, pernah berkata: ‘’politik adalah tipu muslihat’’. Haji Agus Salim mengatakan hal ini sekembalinya dari New York, usai mengikuti Sidang Umum PBB.

Posisi Indonesia Indonesia yang sulit kala itu, berhasil dinetralisir oleh tim yang dipimpin Haji Agus Salim berkat lobi yang cerdas dan lihai.

Jika kita melihat apa yang terjadi dalam pertarungan politik Indonesia saat ini, kalimat penuh makna Haji Agus Salim patut kita renungkan kembali. Apa yang terjadi di gedung DPR-RI Senayan Jakarta sejak 25 September 2014 lalu, hanyalah panggung sandiwara.

Politik adalah panggung sandiwara. Semua orang memainkan perannya sendiri dan atau peran kelompok maupun dalangnya. Para politisi menyadari hal itu.

Hanya sayang, terkadang masyarakat ‘’terpukau’’ dan ‘’terkesima’’ dengan aksi para politisi Senayan yang sadar akan adanya siaran langsung televise. Ibarat telenovela, para wakil rakyat sadar betul akan fungsi dan manfaat akting mereka yang disorot televisi.

Paling tidak, sejak reformasi 1998, para wakil rakyat semakin ‘’sadar kamera’’ sehingga mereka semua (pria dan wanita) semakin mahfum akan penampilan baik pakaian maupun dandanan. Kita dapat saksikan di layar televise, bagaimana para anggota dewan berdandan dengan stelan jas mahal trendi dan busana meriah bak selebriti.

Kondisi ini terkadang mengelabui masyarakat. Karena yang dikedepankan oleh para wakil rakyat tersebut hanyalah unsur show yang sangat jauh dari substansi. Singga masyarakat yang menyaksikannya di televisi, bisa mengambil kesimpulan yang salah. Masyarakat yang belum sepenuhnya siap dengan politik panggung sandiwara, terkadang dibuat bingung hingga terpesona.

Saya teringat guyonan pedas mantan Presiden Gus Dur: ‘’dpr kita seperti anak tk’’. Layaknya permainan anak tk: kejar-kejaran. Ada yang memancing, ada yang terpancing. Ada yang mengejar, ada yang dikejar Maka terjadilah kejar-kejaran..! Terjadilah pancing memancing..!

Persis seperti yang terlihat pada kasus yang menimpa Ketua DPRRI, Setiya Novanto. Kelompok satu memancing, kelompok yang lain terpancing. Maka, tersajilah secara terbuka aksi pancing memancing dan kejar-kejaran di televisi.

Padahal ini kasus sudah ditangani MKD namun tuntutan Anggota Dewan dan masyarakat tetap menuntut Setiya Novanto, Ketua DPR RI itu mundur dari jabatannya. Tapi kelompok Merah Putih, justeru mempertahankan Setya Novanto tetap di kursi Ketua DPRRI. Masyarakat kita menyaksikan telenovela panjang berjudul: Mundur atau Dimundurkan?

Apakah kita akan menyaksikan kembali permainan ‘’kejar-kejaran’’ dan ‘’pancing-memancing’’ dari para anggota DPR-RI?

Secara pribadi, saya tidak mengharapkan hal semacam itu terjadi. Tapi disisi lain, bila ini dipertahankan, efeknya akan berunjung pada ketidak percayaan masyarakat terhadap institusi DPR-RI. Kalau sudah begitu, maka lengkap sudah distorsi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga legislatif di negeri ini.

Mungkinkah MKD akan memutuskan kasus ini secara benar dan transparan? Itulah yang ditunggu masyarakat agar dengan begitu, lembaga legislative kita akan kembali normal dan jauh dari hiruk-pikuk.

* Tommy Rusihan Arief/Koordinator Wilayah Partai Demokrat Maluku Utara

BERITA TERKAIT
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas