Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kelir Zaman Merusak Generasi Penerus Bangsa
Baik buruknya kualitas tontonan yang ditayangkan televisi juga patut menjadi sorotan yang perlu diperbaiki.
Penulis: Emma Purnami
Sebagai media yang digunakan dalam pementasan wayang, bayangan wayang yang diitangkap oleh kelir itulah yang ditonton para pecinta wayang.
Dalam kaitannya dengan apa yang hendak saya tulis mengenai perbedaan tontonan anak jaman sekarang dan tontonan anak jaman dahulu, peran televisi yaitu sebagai kelir zaman.
Jika dalam dunia pewayangan yang menjadi media itu sebuah kelir, didalam dunia nyata yang kita hadapi ini televisilah yang berperan sebagai media dalam berbagai tontonan yang bebas dinikmati oleh semua kalangan.
Kelir zaman ini mempunyai arti bahwa segala tontonan, informasi, film, berita dari dalam negeri maupun dari luar negeri dapat kita peroleh melalui televisi.
Baik buruknya kualitas tontonan yang ditayangkan televisi juga patut menjadi sorotan yang perlu diperbaiki. Karena disadari atau tidak, anak-anak akan meniru perilaku, pembicaraan, dari apa yang mereka tonton.
Dapat kita bayangkan jika sebenarnya moral anak dapat terbentuk melalui sebuah film kegemaran mereka, moral yang bagaimana itu tergantung kepada kualitas tontonan yang disuguhkan.
Menurut saya sebagai generasi 90-an, sangat terlihat jelas bagaimana perbedaan tontonan anak-anak jaman sekarang dan tontonan anak-anak pada jaman dahulu.
Pada kala itu, tontonan yang menjadi trending topic dikalangan anak usia sekolah dasar yaitu si unyil, dan juga kartun anak (Doraemon, Shincan, Power Rangers, Conan, Dragon Ball, dll), berbeda sekali dengan tayangan televisi sekarang yang dipenuhi oleh ftv, drama, sinetron, dan acara-acara reality show lainnya.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa banyak film yang ditayangkan dan ditonton oleh anak-anak mengandung unsur yang sebenarnya tidak layak untuk ditonton anak usia Sekolah Dasar (SD).
Sebagai contoh, telah banyak fakta yang terjadi bahwa sudah ada korban meninggal akibat kekerasan yang dilakukan oleh anak usia SD kepada teman sekelasnya.
Ini merupakan dampak akibat mereka menirukan idola mereka ketika sedang bertarung (berkelahi).
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengawasan dan pendampingan orangtua kepada anaknya ketika sedang menonton televisi.
Tanpa kita sadari, tontonan televisi akan berpengaruh pada perilaku anak. Memang di Negara Indonesia kita ini belum ada penelitian mengenai dampak televisi terhadap perilaku anak, namun jika kita amati jelas sudah bahwa ini juga mempengaruhi. Berikut dampak yang dapat terjadi akibat tayangan kekerasan dan juga dampak negatif televisi terhadap perilaku anak:
Tertarik menirukan adegan perkelahian