Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Hati-hati Penyakit Jantung Koroner Incar Usia Produktif

Penelitian terkini dari Kemementerian Kesehatan, menyebutkan bahwa kardiovaskular atau penyakit jantung masih menjadi penyakit paling mematikan di Ind

zoom-in Hati-hati Penyakit Jantung Koroner Incar Usia Produktif
Shutterstock
Ilustrasi 

Ditulis oleh :  Alvina Dumantika

TRIBUNNERS - Penelitian terkini dari Kemementerian Kesehatan, menyebutkan bahwa kardiovaskular atau penyakit jantung masih menjadi penyakit paling mematikan di Indonesia.

Secara lebih khusus, penelitian tersebut menunjukan bahwa dari total penduduk yang beresiko terkena penyakit jantung 39,1% berusia antara 15 sampai 45 tahun.

Bertolak belakang dengan persepsi selama ini bahwa penyakit jantung merupakan penyakit orang tua.

Berdasarkan temuan ini, Yayasan Jantung Indonesia dan PT Omron Healthcare Indonesia hari ini memperpanjang Nota Kesepahaman (MoU) untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya pencegahan penyakit jantung.

Berdasarkan laporan Harvard School of Public Health dan World Economic Forum pada tahun 2015 berjudul Economics of Non-Communicable Diseases in Indonesia, pertumbuhan ekonomi diikuti dengan urbanisasi yang pesat dan peralihan pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak kegiatan fisik.

Hal ini juga mengakibatkan terus meningkatnya berbagai faktor resiko penyebab prevalensi penyakit tidak menular seperti kebiasan merokok dan meminum minuman beralkohol, makan makanan yang instan atau siap saji, dan kurangnya aktifitas fisik.

Berita Rekomendasi

Semua faktor ini berakibat meningkatkan resiko kerentanan terhadap berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan penyakit paru obstruktif kronik.

Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung adalah penyakit yang paling sering terjadi di antara penyakit tidak menular lainnya dan menyumbang 37% angka kematian akibat penyakit tidak menular.

Hal penting lainnya, laporan tersebut juga memperkirakan Indonesia akan menderita kerugian ekonomi sebesar USD 4,47 triliun dari tahun 2012 sampai 2020 akibat penyakit tidak menular, yang di antaranya sebanyak USD 1,77 triliun disebabkan oleh penyakit jantung.

Syahlina Zuhal, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, mengatakan, “Kami sangat prihatin dengan peningkatan penyakit jantung di Indonesia dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya. Dahulu, penyakit jantung pada umumnya menyerang para orang tua. Kini, kami mulai melihat anak-anak muda yang secara ekonomi produktif menjadi sangat rentan terkena penyakit Jantung karena pola hidup yang tidak sehat seperti memakan makanan junk food, merokok dan lain-lain."

“Kini, orang Indonesia cenderung bekerja dalam waktu yang lebih lama dari biasanya dan lebih sering duduk di depan meja dengan sedikit kegiatan fisik. Saya percaya mencegah lebih baik daripada mengobati, dan kuncinya adalah dengan terus memantau beberapa faktor resiko penting seperti tekanan darah, kadar kolesterol, kadar gula darah dengan cara melakukan pemeriksaan rutin ke rumah sakit atau dapat juga dilakukan sendiri di rumah," lanjutnya.

Dalam setiap kampanyenya, YJI selalu menganjurkan masyarakat untuk menerapkan, panca usaha jantung sehat, yaitu, seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hadapi dan atasi stres, awasi tekanan darah dan teratur berolah raga.

Sementara itu, Dr Rarsari Soerarso, Ahli Penyakit Jantung dari Pusat Kardiovaskular Nasional RS Harapan Kita, mengatakan, “pemeriksaan kardiovaskular rutin sangatlah penting karena dapat mendeteksi faktor-faktor resiko secara dini. Jika anda tidak punya waktu untuk melakukan pemeriksaan rutin di rumah sakit, cara terbaik yang dapat anda lakukan adalah dengan memantau sendiri tekanan darah, kadar gula dan kadar kolesterol anda sendiri."

Hal ini dapat dilakukan sendiri dengan mudah di rumah atau di tempat kerja dengan peralatan modern dan akurat seperti pengukur tekanan darah digital.

Namun demikian, pemeriksaan di rumah tetap tidak bisa menggantikan pemeriksaan di rumah sakit oleh tenaga medis yang terlatih, yang hasilnya sangat penting untuk keperluan deteksi dini.

Didasari pentingnya pencegahan melalui deteksi dini, Yayasan Jantung Indonesia hari ini menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan PT Omron Healthcare Indonesia selama dua tahun kedepan.

“Kerjasama antara YJI dan Omron telah terjalin sejak 2007. Omron sebagai salah satu mitra kerja YJI, ikut membantu kami melaksanakan misi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit jantung, dengan menyediakan teknologinya untuk memonitor dan mengawasi kadar gula darah, tekanan darah, dan indeks massa tubuh sebagai indikator kesehatan utama," ujar Syahlina.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas