Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Hassan Rouhani Tokoh Penting Dibalik Suksesnya Program Nuklir Iran
Sebagai seorang Presiden, Hassan Rouhani memiliki otoritas terkuat kedua setelah pemimpin Agung Iran dalam mengambil sebuah kebijakan luar negeri di I
Penulis: Ahmad Hasan
TRIBUNERS - Kesepakatan nuklir Iran (The Joint Comprehensive Plan Of Action / JCPOA) merupakan sebuah perjanjian yang sulit tercapai.
Sejak lama negara-negara Barat (As dan sekutunya) menginginkan akan terjalinnya kesepakatan ini, namun segala bentuk usaha yang diupayakan barat selama ini masih juga belum membuahkan hasil.
Iran selama beberapa tahun belakangan ini masih terus mengembangkan program nuklirnya, bahkan pengembangan tersebut telah mengalami kemajuan yang pesat.
Iran telah mampu memanfaatkan tekhnologi nuklirnya sebagai sumber energi yang dapat memenuhi pasokan listrik.
Tidak hanya sebagai sumber energi, tekhnologi nuklir juga telah berhasil dimanfaatkan Iran sebagai media riset dalam bidang kedokteran serta pertanian.
Perkembangan tekhnologi nuklir Iran ini juga ditandai dengan telah dibukanya beberapa tempat sentral pengembangan nuklir baru.
Sedangkan kesepakatan ini mengharuskan Iran untuk mengurangi dan membatasi program nuklir yang selama ini dikembangkan.
Kesepakatan perjanjian nuklir tersebut tentu secara otomatis akan membatasi agenda program nuklir Iran selama ini.
Sulitnya tercapai kesepakatan juga disebabkan oleh gaya kepemimpinan Presiden Iran yang selalu menolak segala bentuk hegemoni dengan Barat.
Iran selalu menentang Barat dan tetap teguh melakukan pengembangan terhadap program nuklirnya.
Titik klimaksnya ketika Negara-negara Barat sepakat untuk memberikan peringatan dengan cara menekan Iran melalui kebijakan sanksi terhadap Iran.
Ternyata itu berlangsung hingga 2013.
Negara-negara Barat yang tergabung dalam kelompok P5+1 (AS, Inggris, Perancis, Rusia, Cina plus Jerman) akhirnya berhasil membujuk Iran untuk mengadakan kesepakatan terkait dengan isu nuklir Iran.
Kesepakatan ini terjadi pada tanggal 24 November 2013, dan dilanjutkan dengan kerangka kerjasama yang lebih komprehensif lagi yang disepakati Iran pada 14 Juli 2015 di Jenewa Swiss.
Kesepakatan ini akan membicarakan dan mancari solusi damai terkait dengan penurunan serta pengurangan aktifitas program nuklir Iran.
Melalui teori Indiosinkratik (indiosyncratic sources), keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh aktor pengambil keputusan yang dalam hal ini yaitu presiden Iran Hassan Rouhani.
Sebagai seorang Presiden, Hassan Rouhani memiliki otoritas terkuat kedua setelah pemimpin Agung Iran dalam mengambil sebuah kebijakan luar negeri di Iran.
Hassan merupakan seorang ulama dan politikus yang memiliki latar belakang pendidikan Barat yang kuat.
Ia mengambil Magister dan Doktoralnya di Glasgow Caledonian University, Skotlandia UK.
Tentu latar belakang pendidikannya, mempengaruhi pemikirannya.
Pemikiran moderat, yaitu cenderung menghindari perilaku atau cara-cara yang ekstrem, Hassan lebih mengedepankan terhadap penggunaan cara-cara diplomatik yang intensif dalam menyelesaikan setiap permasalahan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.