Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Pemerintah Dinilai Diskriminasikan Daerah Gara-gara Proyek Kereta Api Cepat

Jika Jokowi bersikeras untuk membangun kereta cepat di pulau Jawa (Jakarta-Bandung), sementara pembangunan jalur transportasi dan infrastruktur penduk

Editor: Samuel Febrianto
zoom-in Pemerintah Dinilai Diskriminasikan Daerah Gara-gara Proyek Kereta Api Cepat
Kompas.com/ Yoga Sukmana
Presiden Joko WIdodo saat menghadiri groundbreaking proyek kereta ce[at, Jakarta-Bandung di Cikalong Wetan, Bandung, Kamis (21/1/2016). 

Ditulis oleh :  Rizki Irwansyah

TRIBUNNERS - Orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo, belakangan ini disibukan dengan proyek besar kerja sama Indonesia-China, yakni pembangunan kereta api cepat koridor Jakarta-Bandung.

Proyek ini telah diresmikannya pada Kamis (21/1/2016).

Proyek besar kereta api cepat koridor Jakarta-Bandung tersebut, bertujuan untuk menghubungkan kota-kota besar di Jawa dan luar Jawa. Sebagaimana diungkapkan Jokowi melalui akun twitternya.

Seperti yang dilansir di beberapa media, Jokowi menilai, proyek kereta cepat adalah masa depan Indonesia.

Kereta cepat adalah transportasi massal. Kota-kota yang padat penduduknya harus sudah menggunakan modal transportasi ini.

Selain itu, Jokowi juga berpendapat bahwa kereta cepat ini memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian, baik di wilayah Jakarta maupun Bandung.

BERITA TERKAIT

Namun, proyek yang direncanakanakan selesai dan bisa beroperasi pada tahun 2019 mendatang tersebut mendapat sorotan negatif dari berbagai kalangan masyarakat. Karena, proyek tersebut hanya akan menjadi beban keuangan negara.

Bagaimana tidak, pinjaman dari Cina sebesar Rp 79 Triliun untuk merealisasikan proyek tersebut harus dibayar dengan cara diangsur selama 60 tahun.

Meninjau Ulang Proyek Kereta Api Cepat

Dibutuhkan hitungan yang efektif untuk meninjau ulang proyek besar tersebut.

Selain akan menambah beban hutang negara yang membuat negara terancam bangkrut, jarak antara Bandung-Jakarta juga terhitung pendek, kurang lebih hanya 144 Kilo Meter.

Selain itu, sarana dan prasarana transportasi Jakarta–Bandung sekarang ini sudah sangat memadai dan lebih murah.

Baik menggunakan kereta api biasa, maupun bus yang melewati jalan tol dan jalan alternatif lainnya.

Juga, tiket kereta cepat Jakarta - Bandung tidak ekonomis bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas berpenghasilan tiga juta Rupiah per-bulan.

Dengan harga yang ditawarkan Rp 225 ribu, saya yakinmasyarakat lebih memilih naik angkutan umum biasa yang hanya kurang lebih Rp 100 ribu. Selain lebih hemat, sisanya bisa dipakai untuk keperluan lain.

Kesenjangan Pembangunan Insfrastuktur

Seperti kita ketahui, Indonesia bukan cuma pulau Jawa.

Indonesia terbentang dari ujung Sabang sampai Merauke. Pembangunan kereta cepat yang hanya dilakukan di pulau Jawa, akan memperlebar ketimpangan infrastuktur.

Sampai hari ini, infrastuktur KA di berbagai pulau besar lainya di Indonesia memang tak sebaik di pulau Jawa.

Lebih lagi, Papua hingga kini belum memiliki jalur rel kereta api.

Artinya, masih banyak daerah yang lebih membutuhkan transportasi memadai, ketimbang pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.

Daerah-daerah seperti Surabaya, Semarang, Sumatera, Kalimantan, serta Papua juga harus diperhatikan.

Jika Jokowi bersikeras untuk membangun kereta cepat di pulau Jawa (Jakarta-Bandung), sementara pembangunan jalur transportasi dan infrastruktur pendukung di luar Jawa, khususnya di Provinsi Maluku, Papua dan kalimantan belum menjadi prioritas, maka itu adalah suatu tindakan diskriminasi nyata dari Pemerintah Pusat.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas