Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menumpu Asa pada Selembar Kasur Hangat
Mungkin, jika merenung lebih dalam, tak ada yang lebih menyakitkan dari bencana selain tangis sendu di sela tumpukan kehancuran usai bencana menerjang
Ditulis oleh : Aksi Cepat Tanggap
TRIBUNNERS - Mungkin, jika merenung lebih dalam, tak ada yang lebih menyakitkan dari bencana selain tangis sendu di sela tumpukan kehancuran usai bencana menerjang. Kepiluan itulah yang kini terasa begitu menyeruak di seluruh penjuru Kota Pangkal Pinang.
Ya, air memang sudah surut, media konvensional pun bisa jadi tak lagi deras mengabarkan bencana banjir di Pangkal Pinang.
Mengapa perlu ditulis, toh banjir sudah surut? Mungkin begitulah benak media arusutama yang mengejar isu demi rating semata.
Rasa pilu yang membubung di tiap sudut Pangkal Pinang itulah yang tak sempat tertangkap mata-mata kamera media.
Mereka hanya tahu dari luar rumah korban banjir, bahwa bah sudah surut, mongering. Hanya menyisakan lumpur, mudah untuk dibersihkan. Sudah itu saja.
Namun ternyata, dibalik tembok-tembok bata, atau malah tembok-tembok kayu yang masih lembab berbau amis tak karuan setelah direndam banjir dahsyat, di Kota Pangkal Pinang kami menemukan kepedihan yang tak sederhana.
Air bah yang datang menggulung bagaikan tsunami di tengah Kota Pangkal Pinang betul-betul mengagetkan ribuan penduduk Kota.
Puluhan tahun banjir tak pernah menghantam separah ini.
Akhirnya, kepedihan psikologis teramat dalam, tegurat di mata sendu penduduk Kota Pangkal Pinang.
Bagi mereka yang kaya dan berduit, banjir memang menghilangkan dan merusak barang-barang mereka.
Tapi toh barang yang rusak tinggal dibuang, tinggal mengeluarkan lembaran rupiah dengan mudahnya untuk membeli barang pengganti. Ratusan ribu rupiah untuk sebuah kasur baru, jutaan rupiah untuk televisi baru, mesin cuci baru, kulkas baru, semua akan mudah dibeli.
Tapi, lain ceritanya bagi mereka yang hidup dalam kepapaan tiada henti.
Kami melihat dan mendata dengan mata kepala sendiri, bisa jadi 90% populasi korban banjir luapan Sungai Rangkui di Kota Pangkal Pinang adalah warga yang termasuk dalam golongan ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.