Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Petani di Desa Ini Mampu Produksi 1 Ton Pupuk Secara Mandiri
Masyarakat di desa binaan LAZ Al Azhar Peduli Ummat di Dusun Baran, dan Mundu, Kelurahan Puloharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Ditulis oleh : Ridhuan Habibie
TRIBUNNERS - Masyarakat di desa binaan LAZ Al Azhar Peduli Ummat di Dusun Baran, dan Mundu, Kelurahan Puloharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah khususnya para petani, kini bisa tersenyum lebih sumringah dan bernafas lega.
Pasalnya kini mereka telah memiliki Rumah Rabuk Umbaran (RRU) sebuah rumah pengolahan pupuk organik yang dikelola secara mandiri dan swadaya oleh masyarakat dengan memanfaatkan kotoran hewan (kohe) ternak dan limbah pertanian.
Melalui Saung Ilmu (pusat interaksi warga), masyarakat diberikan training oleh Dai Sahabat Masyarakat (Dasamas) tentang pentingnya pupuk organik dan tata cara pengolahan pupuk yang baik.
Saung Ilmu yang juga dilengkapi dengan internet ini juga memudahkan warga desa untuk mencari tutorial tentang pengelolaan pupuk yang efektif.
Setiap harinya kelompok petani mengangkut kohe sapi dan kambing dari kandang-kandang warga dengan mobil operasional pengangkut yang diperbantukan secara khusus oleh Al Azhar Peduli Ummat.
Selanjutnya kohe ini dibawa ke Rumah Rabuk untuk diolah menjadi pupuk organik padat dengan mesin pengolah yang lebih modern.
Larso selaku tokoh masyarakat setempat mengatakan ketergantuntangan petani di desanya terhadap penggunaan pupuk kimia mulai berkurang.
Penggunaan pupuk kimia yang sebelumnya menu wajib bagi sawah mereka, kini 50 % nya sudah bisa dikurangi tergantikan dengan pupuk organik padat yang lebih aman dan mensejahterakan.
“Selain itu dampak positif terhadap lingkungannya juga sangat dirasakan masyarakat, karena kohe tidak lagi menumpuk yang bisa berakibat kurang sehatnya lingkungan desa,” ujar Larso.
Sebelum adanya Rumah Rabuk, kohe ini menggunung di setiap kandang warga yang letaknya berdampingan dengan dapur mereka.
Pemanfaatannya untuk pupuk pertanian juga masih minim dan sangat tradisional sehingga kurang memberikan dampak yang maksimal bagi peningkatan produktifitas petani di tengah langka dan mahalnya harga pupuk.
Saat ini Kelompok Usaha Bersama Rumah Rabuk mampu memproduksi 1 ton pupuk organik padat untuk memenuhi kebutuhan petani di sekitar kelurahan Puloharjo.
Bahkan jumlahnya bisa terus ditingkatkan dan bisa memberikan stok pupuk untuk daerah lain yang juga membutuhkan.
Presiden Forum Indonesia Gemilang, Sigit Iko Sugondo mengaku Rumah Rabuk ini sebagai bentuk langkah konkret untuk kemandirian pupuk khususnya di desa-desa gemilang seluruh Indonesia sebagai upaya ketersediaan dan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Ia menambahkan untuk tahap awal pupuk yang dihasilkan dari Rumah Rabuk ini diprioritaskan untuk para petani di Baran dan Mundu.
“Jika kebutuhan sudah tercukupi, baru pupuk organik ini didistribusikan ke wilayah lain karena permintaan pupuk organik dari petani sangat tinggi mengingat masih langka dan mahalnya harga pupuk. Insya Allah dengan kemandirian para petani seperti ini, Indonesia Gemilang,” kata Sigit.