Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pengamen Tampan yang Bercita-cita Membuka Benkel
Hidup yang keras tak lantas membuat hati Ervin mengeras. Berangkat dari keluarga berantakan, terpisah dari ibu kandungnya sejak usia 6 bulan. Lalu tin
Ditulis oleh : Yeni Herlina
TRIBUNNERS - Hidup yang keras tak lantas membuat hati Ervin mengeras. Berangkat dari keluarga berantakan, terpisah dari ibu kandungnya sejak usia 6 bulan. Lalu tinggal bersama ayahnya hingga usia 2 tahun karena ayahnya menikah lagi.
Usia 2 tahun ia dan kakaknya mulai hidup di jalanan. Tidur dipinggiran toko, jembatan dan stasiun Jembatan Merah, Bogor kerap ia lakoni.
Untuk makan sehari-hari ia dan kakaknya mengamen. Kehidupan yang keras dijalanan tak membuatnya menyerah pada keadaan. Dibully dan dipukuli sudah bukan hal baru lagi baginya.
Bangku sekolah pun hanya sempat ia enyam hingga kelas 2 saja.
"Kalo membaca saya sudah lancar, tapi kalo menulis saya acak-acakan" tuturnya.
Pemuda tampan yang lahir Bogor 15 Oktober 1995 ini tak lantas marah pada keadaan, ia tetap optimis menjalani kehidupannya.
Mabuk, ngelem, merokok pun pernah ia lakoni. Sempat mengenal huruf hijaiyah namun tak dapat membaca al Quran dengan sempurna.
Tahu bacaan sholat namun tak pernah ia kerjakan rukun Islam yang ke dua itu.
Orangtuanya pernah mencarinya dan drama pertemuan pun terjadi setelah belasan tahun tak bertemu. Ervin menyayangi ke dua orang tuanya, ia tak menaruh dendam pada mereka.
"Ini sudah jalan hidup yang harus saya jalani."
Bahkan ia sangat ingin membantu mereka kelak jika ia sudah sukses.
Tahun 2015 lalu Ervin bergabung dengan komunitas Koppaja (Komunitas Peduli Anak Jalanan) dan dari sinilah Ervin diminta untuk mengikuti tes masuk Rumah Gemilang Indonesia (RGI), yaitu program Al Azhar Peduli Ummat untuk mengentasan pengangguran di usia produktif.
Syarat masuk RGI hanya dhuafa dan bisa baca tulis, selama 6 bulan santri RGI akan dibekali keterampilan seperti desian grafis, otomotif, tata busana, fotografi dan videografi, aplikasi perkantoran serta tehnik komputer dan jaringan.
Meski baru 2 bulan digembleng di RGI Ervin sudah masuk iqro 3 dan rutin melaksakan sholat 5 waktu bahkan ditambah dengan sholat tahajud, dhuha dan rawatib.
Ervin yang saat mendaftar RGI ingin belajar otomotif. Ia terinspirasi oleh salah satu rekannya seorang pengamen tapi punya bengkel.
"Mengaji saya diajarin sama teman satu asrama namanya Aldo. Di RGI jadi bisa nulis lagi," ujarnya.
"Saya juga udah bisa pasang klep, bongkar mesin, ganti oli dan sebagainya. Senang bisa masuk RGI, cita-cita saya ingin jadi musisi juga punya bengkel semoga bisa segera terwujud."