Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Seruan Jokowi Boikot Produk Israel Harus Dilembagakan
Pidato penutupan Presiden Jokowi pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) ke-5 yang menyerukan agar dunia Is
Ditulis oleh : Fahira Idris
TRIBUNNERS - Pidato penutupan Presiden Jokowi pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) ke-5 yang menyerukan agar dunia Islam melarang masuknya produk-produk Israel yang diproduksi di tanah pendudukan ke negara masing-masing disambut dan diapresiasi berbagai pihak.
Pernyataan Presiden memperteguh komitmen dan konsistensi Indonesia dalam mengamalkan amanat UUD 1945.
"Di dunia, Indonesia, negara yang paling tegas dan konsisten membela Palestina. Sikap kita jelas, bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Seruan boikot produk Israel oleh Presiden Jokowi harus ditindaklanjuti dan dilembagakan melalui Keputusan Presiden yang nanti diikuti dengan Keputusan Menteri terkait terutama yang terkait dengan perdagangan,” ujar Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (8/3/2016).
Walau Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dan perdagangan langsung dengan Israel, tetapi Kementerian Perdagangan, kata Fahira, harus segera melakukan pengecekan, ada tidak, produk Israel yang diproduksi di tanah pendudukan, beredar di Indonesia dan hasilnya diumumkan, agar publik tidak membeli produk-produk tersebut dan segera ditarik dari peredaran.
Menurut Fahira, sebenarnya gerakan boikot Israel sudah mulai bergulir sejak 2005 di seluruh dunia yang dikenal dengan gerakan Boycotts Divestment and Sanction (BDS).
Gerakan ini adalah sebuah kampanye tanpa kekerasan memboikot Israel yang melakukan penindasan kepada bangsa Palestina.
Walau sempat dianggap remeh oleh Israel, ternyata gerakan ini cukup memukul perekonomian mereka. Tidak hanya produk Israel, banyak negara juga melakukan perlawanan kultural terhadap Israel.
"Di Afrika Selatan, pemerintahnya bahkan sampai membuat undang-undang agar semua produk yang berasal dari wilayah pendudukan Israel diberi label, supaya warga Afsel tidak membelinya. Oktober 2015 lalu kita juga saksikan, 300-an akademisi dari berbagai universitas di Inggris menyatakan memboikot institusi pendidikan asal Israel,” kata Fahira.
Oleh karena itu, lanjut Fahira, penting kiranya seruan boikot produk Israel oleh Presiden Jokowi ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga isu boikot produk, budaya dan akademik Israel oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak menguat hanya saat terjadi kekerasan di Palestina, tetapi bisa setiap saat.
"Apa yang dilakukan Israel di Palestina sekarang, lebih parah dengan apa yang terjadi saat sistem politik apartheid diterapkan di Afrika Selatan. Oleh karena itu, salah satu strategi efektif mengakhiri penjajahan Israel adalah melalui perlawanan global di seluruh dunia, sama seperti saat dulu dunia meruntuhkan rezim apartheid Afrika Selatan," tutur Senator Asal Jakarta ini.