Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Novel Terbaru Sujiwo Tejo: Novel-Grafis-Bermusik

Setelah sukses menulis romansa cinta antara Rahwana, Sinta, dan Rama melalui dua bukunya, Rahvayana Aku Lala Padamu (2014) dan Rahvayana: Antara Ada

zoom-in Novel Terbaru Sujiwo Tejo: Novel-Grafis-Bermusik
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Budayawan Sujiwo Tejo menjadi Keynote Speaker pada Parade Bahasa Nasional 2013 di Kampus Universitas Negeri Makassar. Kamis (10/10/2013). Kegiatan antar Perguruan Tinggi se Indonesia ini, mengambil tema Perealisasian Hakikat Berbahasa, Sebuah Upaya Menemukan Identitas dan Martabat Bangsa yang bertujuan untuk mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang saat ini tatanannya telah banyak berubah akibat sejumlah fenomena sosial. (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR) 

Ditulis oleh : PT Bentang Pustaka

TRIBUNNERS - Setelah sukses menulis romansa cinta antara Rahwana, Sinta, dan Rama melalui dua bukunya, Rahvayana Aku Lala Padamu (2014) dan Rahvayana: Antara Ada dan Tiada (2015), dalang, penulis, dan seniman ulung, Sujiwo Tejo, bersiap meluncurkan buku terbarunya, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati.

Kembali di bawah naungan Penerbit Bentang Pustaka, kali ini Sujiwo tampil beda. Untuk pertama kalinya, ia menulis buku yang bukan sekedar novel biasa, tapi berupa novel grafis bermusik.

Artinya, tak hanya merangkai diksi menjadi kalimat saja, tetapi, dalam buku terbarunya, Sujiwo juga mengusung ilustrasi hasil karyanya sendiri.

Lagi, Sujiwo mencipta dan menembangkan sembilan lagu khusus untuk Serat Tripama ini.

Keputusan Sujiwo untuk menulis novel grafis bermusik bukan sekedar alasan sepele. Hal itu didasari dari pemahaman dirinya akan filosofi dalang.

“Dalang itu seperti laut, muara dari bermacam sungai. Sungai tersebut terdiri dari sungai musik, sampai sungai seni rupa seperti novel grafis,” katanya.

Berita Rekomendasi

Sungai seni rupa berupa Serat Tripama ini tak sekonyong-konyong Sujiwo kerjakan.

Sejak tahun 1988, Sujiwo sudah kerap menggelar pameran lukisan tentang wayang batik di Jakarta, Yogyakarta, hingga Surabaya.

“Tapi, entah kenapa, kemudian aku pengin menggambarnya secara urut menjadi sebuah lakon. Bikin komiklah,” tuturnya lalu terkekeh.

Buku yang telah terbit akhir Maret lalu ini merupakan ungkapan spesial Sujiwo tentang cerita pewayangan.

Sujiwo ingin, pembaca tidak hanya menyimak ceritanya melulu dari kata-kata, tetapi juga dari gambar-gambar yang, sebenarnya, tanpa kata-kata pun sudah bisa berbicara sendiri.


Katanya, “Banyak yang tidak bisa aku ungkapkan melalui kata-kata, tapi mungkin ekspresi dan setting para tokoh di dalamnya sudah bisa berbicara sendiri.”

Novel grafis bermusik Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati bercerita tentang tokoh pewayangan modern.

Adalah Sumantri yang sangat mengabdi kepada rajanya, Arjuna Sasrabahu. Dalam pengabdiannya, Sumantri diminta untuk merebut Dewi Citrawati dari Magada, dan memboyongnya ke hadapan Arjuna Sasrabahu di Maespati.

Setelah berhasil mengalahkan Prabu Darma Wisesa, dalam perjalanan memboyong Dewi Citrawati ke Maespati, Sumantri dan Citrawati justru jatuh cinta.

Buku Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati kini sudah tersedia di seluruh toko buku di Indonesia sejak 24 Maret lalu. Buku setebal 187 halaman ini dibandrol dengan harga 99 ribu rupiah. 

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas