Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Festival Songkran dan Kearifan Lokal Masyarakat Thailand
Ketika pertama kali mendengar nama Songkran, yang ada dibenak adalah “Water Festival” dimana setiap orang membawa senjata air untuk saling siram sambi
Penulis: Joko Gunawan
TRIBUNNERS - Ketika pertama kali mendengar nama Songkran, yang ada dibenak adalah “Water Festival” dimana setiap orang membawa senjata air untuk saling siram sambil membawa tepung terigu untuk ditempelkan ke muka orang lain.
Suka atau tidak suka, kita tetap basah kuyup dan muka berwarna putih penuh dengan tepung.
Lantas apa sebenarnya yang dimaksud dengan songkran ini? Tentunya songkran tidak terbatas hanya dengan bermain air saja, justru festival ini penuh dengan acara spiritual dengan sejarah yang melatarbelakangi cikal bakal songkran ini.
Pada pagi hari orang-orang Thailand pergi mengunjungi kuil-kuil vihara untuk melakukan sembahyang menghormati Budha, membersihkan kuil, dan menawarkan makanan kepada para biksu. Di bidang pendidikan, para siswa atau mahasiswa juga menghormati para “Ajarn” untuk sebutan dosen, meminta maaf dan mendengarkan segala nasehat yang diberikan. Intinya momen ini ditujukan untuk berbuat baik dengan sesama dan saling memaafkan.
Orang Thailand percaya songkran ini sebagai hari pembersihan diri dari segala kesalahan dimasa lalu, dan mulai kehidupan baru dengan menghilangkan segala pikiran-pikiran negatif dan tindakan yang kurang baik dilakukan. Penggunaan air di festival songkran ini dianggap bisa membersihkan diri dari ketidakberuntungan, layaknya hakikat penggunaan air untuk mandi.
Selain itu, Songkran juga adalah waktu untuk reuni keluarga, dimana orang-orang Thai yang berasal dari pedalaman yang kerja di Bangkok akan kembali ke kampung halaman mereka untuk selebrasi bersama keluarga.
Makanya ketika songkran, Bangkok layaknya kota mati. Momen ini boleh dibilang seperti kebanyakan muslim yang kembali ke rumah kampung halaman untuk selebrasi hari raya Idul Fitri bersama keluarga, sehingga bisa dikatakan momen ini sungguh penting.
Festival songkran ini jatuh setiap tanggal 13-15 April, yang asalnya dihitung berdasarkan perhitungan astrologi. Jika songkran jatuh dipertengahan minggu, maka orang Thai akan libur pada hari Jumat sebelumnya sampai hari Senin depan. Yang jelas songkran ini jatuh pada musim panas, dipenghujung musim kemarau, seperti saat ini.
Saat ini, banyak sekali para turis yang datang ke Bangkok untuk mengikuti kegiatan Songkran ini, mereka tertarik sekali dengan bermain perang-perangan air sebagai salah satu kegiatan yang sangat attractive yang tentunya merupakan salah satu strategi pemerintah Thailand untuk meningkatkan jumlah turis di Thailand.
Namun yang perlu dipertimbangkan adalah perlunya mengekspose acara songkran tersebut dengan nilai-nilai keagamaan atau spiritualitas dari kegiatan itu sendiri, sehingga songkran ini tidak kehilangan jatidirinya. Sangatlah sedih jika generasi muda mendatang tidak tahu makna songkran selain perang-perangan air.