Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

KLHK Diminta Evaluasi Izin Kebun Binatang Bandung

Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melakukan evaluasi terhadap izin Kebun Binata

zoom-in KLHK Diminta Evaluasi Izin Kebun Binatang Bandung
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Petugas memberikan perawatan pada luka gajah betina bernama Yani yang tengah sakit dan tidak bisa berdiri di Kebun Binatang Bandung, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (11/5/2016). Penanganan pemulihan kesehatan gajah berusia 40 tahun yang sudah sekarat selama satu minggu ini melibatkan tim dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan (P3H), Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Rumah Sakit Hewan Cikole, dokter hewan dari Taman Safari Indonesia, dan petugas kebun binatang. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Ditulis oleh : Investigator Senior Marison Guciano, Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group

TRIBUNNERS - Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melakukan evaluasi terhadap izin Kebun Binatang Bandung (KBB) setelah kematian Yani, seekor gajah koleksi KBB.

Kematian Yani, menurut investigator senior Scorpion Marison Guciano, menunjukkan buruknya pengelolaan KBB.

Sebelum mati, Yani ditemukan sakit dan lumpuh dan hanya bisa terkulai di bawah alas jerami beratapkan terpal lantaran minimnya sarana perawatan hewan di KBB. Apalagi, kemudian diketahui bahwa KBB tidak mempunyai dokter hewan.

Marison mengatakan, kasus kematian Yani ibarat puncak gunung es dari buruknya pengelolaan kebun binatang di Indonesia.

Menurutnya, kematian dua satwa langka dalam kurun waktu 1 bulan terakhir di dua kebun binatang menunjukkan banyaknya persoalan terkait kesehatan dan kesejahteraan satwa di sana.

Sebelum kematian Yani, seekor gajah koleksi Kebun Binatang Bandung, Indonesia mendapatkan sorotan dunia internasional dengan kematian Rama, seekor harimau Sumatera di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Bahkan, media internasional seperti AFP memberi predikat "Death Zoo" kepada KBS.

Berita Rekomendasi

Temuan Scorpion yang fokus melakukan pemantauan kesejahteraan satwa di kebun binatang menunjukkan banyak kebun binatang dan taman satwa di Indonesia dengan pengelolaan buruk.

"Banyak kebun binatang yang tidak punya dokter hewan dan sangat minim sarana dan prasarananya sehingga kesehatan dan kesejahteraan satwa menjadi terabaikan. Kebun binatang Kasang Kulim di Riau, Sinka Zoo di Singkawang Kalbar dan Taman satwa di Bengkulu adalah beberapa kebun binatang dan taman satwa dengan pengelolaan buruk dalam catatan kami," tuturnya.

Marison menyebut persoalan dana seringkali menjadi penyebab rendahnya kesejahteraan satwa dan buruknya pengelolaan kebun binatang.

"Minimnya pemasukan dari tiket masuk membuat mereka tak mampu membayar gaji dokter hewan, sementara biaya pakan dan perawatan satwa juga sangat tinggi," ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan masih banyak satwa di banyak kebun Binatang di Indonesia yang bisa bernasib tragis seperti Yani dan Rama bila tidak diselamatkan.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas