Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Fenomena Startup dan Pemuda Indonesia
Silicon Valley merupakan julukan untuk wilayah sekitar San Fransisco, AS yang telah melahirkan banyak sekali startup yang kini menjadi enterprise duni
Penulis: Novia Karunia
TRIBUNNERS - Silicon Valley merupakan julukan untuk wilayah sekitar San Fransisco, AS yang telah melahirkan banyak sekali startup yang kini menjadi enterprise dunia, seperti Google, Facebook, Microsoft, dan lain sebagainya.
Iklim startup di wilayah tersebut sangat terasa sehingga tak heran apabila wilayah tersebut menjadi kiblat bagi pengusaha startup di bidang IT.
Kunjungan Presiden Jokowi dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantoro ke Silicon Valley pada Oktober tahun lalu merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan program 1000 startup di tahun 2020.
Program ini awalnya digagas oleh Yansen Kamto, pendiri Kibar Kreasi Indonesia yang bergerak di bidang inkubator teknologi.
Yansen bekerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk merealisasikan ide 1000 startupnya. Munculnya ide ini dilatarbelakangi oleh sikap bangsa Indonesia yang cenderung menjadi konsumen, terutama untuk produk-produk IT.
Padahal, potensi bangsa Indonesia untuk menjadi produsen di bidang IT khusunya, sangatlah besar. Namun, potensi tersebut masih belum banyak digali dan banyak pemuda Indonesia yang masih enggan untuk terjun di dunia startup, salah satunya karena takut gagal.
Munculnya startup lokal yang telah sukses, seperti Go-Jek, HijUp, Tokopedia, dan Bukalapak menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi produsen di rumah sendiri serta mampu memberi solusi terkait masalah bangsa Indonesia melalui pendekatan IT.
Selain itu, founder-founder startup lokal yang telah sukses semuanya masih berusia muda. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mampu untuk mengembangkan startup.
Ditambah lagi, kini banyak sekali pihak yang mendukung berdirinya startup. Tidak hanya dari pemerintah, perusahaan dan investor pun sangat mendukung berdirinya startup di Indonesia. Dari segi pasar, tidak diragukan lagi.
Indonesia menempati peringkat teratas sebagai pengguna internet terbanyak di dunia sehingga pengusaha startup tidak lagi resah akan kehilangan konsumen. Hanya saja dibutuhkan strategi yang matang agar produk atau jasa yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Lantas, apakah pemuda harus membangun startup? Setiap pemuda memiliki karakter yang berbeda. Ada yang selalu ingin mencoba hal baru dan berani mengambil resiko. Ada juga yang lebih senang berada pada zona nyaman dengan resiko yang kecil dan keuntungan yang lumayan.
Dalam hal ini, program 1000 startup yang dibawa oleh pemerintah bertujuan untuk memberi trigger bagi pemuda Indonesia yang berpotensi agar berani untuk membangun startup.
Jika ditelaah lagi, setiap pemuda memiliki passion sehingga setiap pemuda bisa mengembangkan startup. Sebab, passion adalah kunci utama dalam mengembangkan startup. Jika tidak karena passion, startup tidak akan bertahan lama.
Trend startup kini mulai bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, memang tidak semua startup akan bertahan.
Tergantung niat dan bagaimana startup tersebut mengelola apa yang dibutuhkan oleh pasar.
Membangun sebuah startup tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan tetapi sebagai upaya pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
Karena itu, sebaiknya startup dibangun bukan berdasarkan landasan kerja melainkan berdasarkan landasan hati dan pikiran (passion). Dengan demikian, jiwa kita akan tergerak dengan sendirinya dan pikiran kita akan fokus untuk menuai ide-ide baru berupa hal-hal positif yang bermanfaat untuk Indonesia.