Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Fintech Kawan atau Lawankah

Kemajuan teknologi seakan tak memiliki batas sehingga perkembangannya mampu merambah banyak sektor, tak terkecuali ekonomi dan bisnis.

Ditulis oleh : Eka Nurhalimatus Sifa, Peneliti Junior Siber-C

TRIBUNNERS - Kemajuan teknologi seakan tak memiliki batas sehingga perkembangannya mampu merambah banyak sektor, tak terkecuali ekonomi dan bisnis.

Menjamurnya e-commerce  belakangan ini menjadi buktinya.

Namun bisnis online tak hanya melulu soal e-commerce. Bersamaan dengan itu, muncullah industri Financial Technology (Fintech).

Inovasi teknologi di sektor finansial yang memudahkan akses masyarakat dalam menjangkau produk keuangan, mempermudah transaksi juga meningkatkan literasi keuangan.

Startup bisnis di Indonesia sedang marak dijalankan saat ini. Perusahaan CyberAgent Ventures asal Jepang mengumumkan bahwa separuh dari dana mereka akan dialokasikan untuk startup di Indonesia, dimana fintech menjadi fokus utama.

Betul saja, geliat fintech di indonesia bisa kita lihat dengan banyaknya startup transaksi berbasis aplikasi pada smartphone yang bisa dimiliki siapapun.

Berita Rekomendasi

Namun, perusahaan rintisan yang kini sedang menjamur di berbagai belahan dunia ini dianggap mengancam industri pembiayaan yang telah ada, perbankan salah satunya.

Meskipun tak sedikit lembaga perbankan yang memutuskan bekerja sama dalam rangka mendorong performanya agar lebih efisien, inklusif dan meningkatkan daya saing sektor keuangan.

Gelombang inovasi baru ini memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi tanpa mendatangi kantor cabang, cukup mengunakan smartphone untuk proses transfer dan payment.

Hal ini memang menguntungkan nasabah, namun tidak demikian dengan orang-orang yang bekerja di bank.

Ketakutan pertama adalah pemangkasan tenaga kerja di bank. Menurut laporan terbaru Citigroup, 30 persen dari pekerjaan di bank bisa hilang antara tahun 2015 dan 2025, terutama karena otomatisasi perbankan ritel.

Ketakutan kedua, adalah ditutupnya kantor unit/cabang karena beberapa transaksi bisa di handle melalui smartphone.

Meskipun demikian, OJK menyarankan industri keuangan tak melihat pemain fintech sebagai ancaman.   

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas