Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

KEIN Berharap Industri Busana Muslim Ditopang Semua Pemangku Kebijakan

Industri busana muslim ternyata menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi dibidang ekonomi kreatif selain bidang kuliner.

zoom-in KEIN Berharap Industri Busana Muslim Ditopang Semua Pemangku Kebijakan
Tribunnews.com/Regina Kunthi Rosary
Looks dalam peragaan busana Terra Nova oleh Muse 101 di ajang tahunan Indonesia Fashion Week 2016 hari kedua, Jumat (11/03/2016). 

Ditulis oleh : KEIN Informasi

TRIBUNNERS - Industri busana muslim ternyata menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi dibidang ekonomi kreatif selain bidang kuliner.

Oleh karena itu, guna memaksimalkan percepatan industri kreatif dan penyusunan roadmap industri kreatif di bidang busana muslim, Kelompok Kerja (Pokja) Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) bersama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Bekraf mengadakan kegiatan Focus Group Disscusion (FGD) mengenai industri busana muslim di Indonesia.

"Hal ini kita bahas, karena berdasarkan hasil pertemuan antara KEIN dengan Presiden Joko Widodo sebulan sekali di luar rapat Kabinet, dan terakhir juga dalam rapat terbatas dengan beliau tentang presentasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ternyata salah satu sektor yang paling banyak meningkatkan pertumbuhan ekonomi terdapat di bidang industri kreatif," kata Ketua Pokja Industri Kreatif KEIN, Irfan Wahid dalam sambutannya di Kantor KEIN hari ini, Kamis (23/6/2016), Jakarta.

Menurut Irfan Wahid, atau yang sering dipanggil Ipang, ketika berbicara industri kreatif maka akan terdapat dua komponen terbesar yang ada di dalamnya, yaitu bidang kuliner (makanan) dan fashion (busana).

Namun, ternyata industri busana muslim inilah yang menyumbang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional, katanya.

"Kita sudah melihat, industri busana muslim memang sudah berjalan dengan sangat baik, tapi akan lebih baik lagi jika kita kerjakan bersama-sama dengan semua stakeholder (pemangku kebijakan) yang tekait," ujar Irfan yang juga putra dari KH Sholahudin Wahid ini dalam siaran pers kepada media.

Berita Rekomendasi

Menurut Irfan, Presiden juga telah menyetujui inisiasi KEIN untuk melakukan pertemuan dengan berbagai lintas kementerian untuk mendisuksikan tentang industri kreatif, khususnya industri busana muslim di Indonesia.

"Sebenarnya, kita juga punya bidang yang berpotensi besar yaitu industri berbasis halal. Namun sayangnya, potensi industri berbasis halal kita di dunia masih di urutan nomer sepuluh, sedangkan di urutan nomer satu adalah negara tetangga, yaitu Malasyia," ungkap Irfan.

Terkait perihal busana muslim, Irfan mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa. Satu diantaranya, Indonesia merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerjasama negara Islam (OKI) sebagai pengeskpor busana muslim terbesar selain Bangladesh, Turki, Maroko dan Pakistan.

"Desain dan kualitas produk busana muslim Indonesia juga diakui berdaya saing global, karena mengandung unsur budaya dari batik dan tenun. Namun Indonesia saat ini juga masih menjadi negara dengan peringkat ke-lima pengkonsumsi busana muslim tingkat dunia, selaian peringkat tiga besar lainnya yaitu; Turki, Uni Emirat Arab dan Nigeria," kata Irfan.

Ia juga menyebutkan, saat ini ada beberapa negara yang bersiap menguasai pasar busana muslim dunia, diantaranya, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malasyia, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Italia, inggris dan Perancis.

Perlu Dibantu Promosi

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah mengatakan, terkait dengan rencana Indonesia menjadi kiblat busana muslim se-Dunia tahun depan, maka perlu adanya sarana promosi yang juga besar.

"Untuk sarana promosi yang diperlukan adalah database dan katalog industri yang lengkap, dan saat ini sarana tersebut masih kurang. Padahal setiap kita melangkah tentunya harus memiliki angka atau data. Bagaimana kita akan percaya diri untuk menjadi kiblat busana muslim kalau kita tidak tahu posisi Indonesia ada dimana, sudah berapa jauh, apakah memang benar kalau Indonesia tertinggal, padahal belum tentu juga kita benar-benar tertinggal," ujar Euis.

Menurut Euis, pihaknya juga bakal memberikan fasilitas bagi pelaku industri busana muslim untuk ikut fashion show (pameran busana) baik di dalam negeri dan luar negeri.

"Terakhir kemarin kita sudah bantu fasilitasi mereka ke Turki, Maroko dan Perancis," kata Euis.

Dalam kesempatan di akhir diskusi, semua peserta sepakat mengenai besarnya potensi Indonesia untuk menjadi kiblatnya industri busana muslim tingkat dunia. 

"Ada potensi besar, itu kita semua sepakat. Apakah nanti perlu ada konferensi lanjutan untuk memetakan roadmap ini, itu yang akan dibicarakan lebih lanjut," tutur Irfan Wahid.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas