Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Menulislah Jika Ingin Abadi

Hidup abadi mungkin menjadi dambaan setiap makhluk hidup yang bernama manusia. Entah atas dasar apa kebanyakan manusia ingin hidup dalam keabadian.

Editor: Samuel Febrianto
zoom-in Menulislah Jika Ingin Abadi
net
Ilustrasi menulis 

Ditulis oleh : Tafrichul Fuady Absa, Pegiat PIUSH (Pojok Inspirasi Ushuluddin)

TRIBUNNERS - Hidup abadi mungkin menjadi dambaan setiap makhluk hidup yang bernama manusia. Entah atas dasar apa kebanyakan manusia ingin hidup dalam keabadian.

Tetapi satu hal yang pasti, bahwa manusia tidak akan pernah bisa menghindar dari kematian.

Mustahil memang jika manusia ingin hidup dalam keabadian. Sebab, kematian sudah menjadi rancangan dalam kehidupan oleh sang maha entah.

Logika dasar yang dipakai oleh Aristoteles adalah setiap yang hidup pasti mati. Tetapi ada beberapa manusia yang sampai saat ini hidup dalam keabadian.

Dalam konteks ini, abadi yang dimaksud bukan abadi jiwa dan raganya, yang masih berkeliaran di muka bumi. Melainkan abadi dalam hal pemikiran, dedikasi, serta pengaruhnya terhadap manusia yang lain. Baik itu yang hidup di masanya ataupun yang hidup jauh setelahnya.

Ada banyak sekali manusia yang hidup dalam keabadian, sebut saja Plato, Aristoteles.

BERITA TERKAIT

Dua tokoh ini memang sudah tiada 2500 tahun silam. Akan tetapi pemikiran dan ide-idenya masih diperbincangkan dan didiskusikan.

Bahkan, tulisan-tulisannya dijadikan sumber rujukan dalam kajian filsafat. Di Indonesia sendiri ada Soekarno, Tan malak, Chairil Anwar, dan sebagainya.

Secara ragawi, Soekarno, Tan Malaka dan Chairil anwar sudah tiada, tetapi pemikiran dan pengaruhnya masih terasa oleh anak muda abad 21.

Artinya, keabadian bisa di dapatkan oleh siapa saja.Satu hal yang bisa kita lakukan untuk hidup dalam keabadian yaitu dengan cara menulis.

Dengan menulis, maka keabadian akan melekat pada diri kita. Imam Ghazali, failasuf sekaligus sufi yang hidup di abad ke 10 pernah mengatakan, "Jikalau engkau bukan anak raja, maka menulislah."

Sebenarnya Al Ghazali ingin menekankan bahwa kalau selama hidup kita tidak memiliki pengaruh terhadap siapapun, atau dalam hal ini tidak bermanfaat bagi sesama manusia atau makhluk hidup lain, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara menulis. Al Ghazali sadar betul akan kekuatan menulis.

Sampai saat ini tulisan-tulisan Al Ghazali menjadi semacam makanan bagi muslim. Khususnya kaum Asyariyah.

Bukan hanya al ghazali, pramodya anandya toer sastrawan besar Indonesia mengatakan bahwa, "Tulislah apa yang ingin engkau tulis, suatu saat tulisan kalian akan berguna."

Dan benar, selama puluhan tahun lamanya, tulisan Pram sudah memenuhi rak-rak buku mahasiswa, perpustakaan, dan toko-toko buku.

Oleh karenanya, tulislah apa yang ingin kalian tulis. Jangan pernah berharap siapa saja yang akan membaca tulisan kalian.

Kalaupun ada yang membaca tulisan kalian, anggap saja itu bonus. Karena pada dasarnya, tugas seorang penulis ada menulis. Sedangkan tugas pembaca adalah membaca.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas