Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengapa Ketum Pordasi Harus Diganti?
tulah, antara lain, pertanyaan yang disampaikan sejumlah pelaku dan pemangku kepentingan olahraga berkuda menyikapi dinamika yang terjadi di organisas
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Tubagus Adhi
Itulah, antara lain, pertanyaan yang disampaikan sejumlah pelaku dan pemangku kepentingan olahraga berkuda menyikapi dinamika yang terjadi di organisasi berkuda nasional.
Beberapa perwakilan dari Pengprov Pordasi khususnya mempertanyakan rencana diadakannya Munaslub PP Pordasi sebagaimana yang disebut-sebut dikehendaki oleh 10 Pengprov.
Dari pertemuan Minggu lalu di sekretariat Pengprov Pordasi DKI Jaya di Pulo Mas, perwakilan 10 Pengprov mendesak pimpinan PP Pordasi untuk menjawab kehendak adanya Munaslub ini selambat-lambatnya 31 Oktober 2016.
Mereka mengklaim, 10 pengprov sudah memenuhi kuorom untuk menggelar Munaslub, karena jumlah Pengprov Pordasi hanya 17.
Namun, jumlah keseluruhan Pengprov Pordasi tersebut terbantahkan dengan pernyataan Wakil Komisi Pacuan PP Pordasi, Noviardi Sikumbang yang menyebut bahwa jumlah Pengprov Pordasi saat ini ada 24.
Disebutkan juga, dari perwakilan 10 pengprov yang hadir pada rapat konsolidasi Minggu itu, beberapa diantaranya sudah habis masa kepengurusannya.
Disamping itu, beberapa pengprov lainnya menyatakan tak setuju Munaslub, hanya menginginkan Rakernas.
"Kami sebenarnya tak setuju ada wacana pergantian Ketua Umum PP Pordasi, apalagi lewat Munaslub. Kepemimpinan Pak Eddy Saddak selama ini sudah sangat baik, jadi mengapa harus diganti?" ujar salah seorang pimpinan Pengprov Pordasi, yang semula disebutkan membubuhkan tandatangannya di lembaran kesepakatan hasil rapat konsolidasi.
Noviardi Sikumbang menyatakan, mayoritas Pengprov Pordasi sesungguhnya tak mempermasalahkan kepemimpinan H.Mohammad Chaidir Saddak, MBA di PP Pordasi.
Pemilik Aragon Horse Racing & Equestrian Sports, Lembang, yang biasa disapa Eddy Saddak itu diakui sangat kooperatif, mau bekerja-sama untuk memajukan organisasi, tidak arogan, dan terutama, mau berkorban. "
Pak Eddy Saddak selama beberapa periode kepemimpinannya sudah terbukti mengorbankan waktu dan dananya untuk kemajuan olahraga ini. Hampir semua kegiatan olahraga berkuda, baik equestrian atau pacuan, dihadirinya, juga bersama keluarganya," papar Noviardi Sikumbang.
Pordasi memayungi tiga disiplin berkuda, yakni equestrian, pacuan dan polo. Masyarakat equestrian Indonesia tak bisa melupakan jasa Eddy Saddak yang berhasil mempersatukan kembali disiplin berkuda ketangkasan tersebut setelah sempat terpecah-belah atau terjadi dualisme.
Pordasi kini juga terkesan menjadi lebih seksi karena akan memiliki sarana equestrian megah di Pulo Mas berkaitan dengan tuan rumah Asian Games XVIII/2018. Equestrian menjadi salah satu cabor yang dikompetisikan di Asian Games 2018 itu.
Ironisnya, saat equestrian diperkirakan bisa lebih dashyat kedepannya, organisasi berkuda nasional ini seakan tengah diterpa badai, kepemimpinan Eddy Saddak digoyang.
Guncangan ini datang dari sekretariat Pengprov Pordasi DKI Jaya. Kolaborasi Ketua Pengprov Pordasi DKI Jaya Alex Asmasoebrata dan Umbu Samapaty, mantan sekum PP Pordasi, disebut-sebut "melahirkan" tiga nama yang dinyatakan siap menggantikan Eddy Saddak di PP Pordasi.
Ketiga nama tersebut adalah Tutut Soeharto, Ketua Basarnas, Irvan, dan Olly Dondokambey, Gubernur Sulut. Soal kesiapan Olly Dondokambey, yang pernah menjadi pengurus di PP Pordasi, disampaikan Alex Asmasoebrata secara berantai via pesan singkat, Kamis (20/10) sore "Breakingnews.Gub sulut olly dondokambey siap mejadi ketum pp pordasi.sy barusan di tef oleh p Ferry wowor dr sulut.sekarang gub sulut ada d jakarta.sy recananya akan temui beliau.alex asmasoebrata."
*Tubagus Adhi, pemerhati masalah olahraga nasional