Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Antara Ahok dan Bambu Junjung Derajat “TulungAgung”
Masih menyambung tulisan sebelumnya, “Antara Ahok dan Pusaka Tongkat Bambu Songgo Langit” di Tribunnews.com (3/1).
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Masih menyambung tulisan sebelumnya, “Antara Ahok dan Pusaka Tongkat Bambu Songgo Langit” di Tribunnews.com (3/1).
Sesuai judul artikel, kali ini saya hanya ingin menafsir terkait apa dan siapa deling (bambu) junjung derajat “TulungAgung”.
Saya sebut bambu junjung derajat “TulungAgung”, lantaran bambu unik bernama junjung derajat (junder) ini saya peroleh dari kota Tulungagung, Jawa Timur. Makanya bambu ini saya beri nama bambu junder “TulungAgung”.
Dalam khasanah “Ngaji Deling”, bambu unik junder ini pemaknaannya sering dikaitkan sebagai perwujudan laku seseorang untuk meningkatkan derajatnya dihadapan Gusti Alloh, juga perwujudan laku seseorang di tengah kehidupan sosial.
Menurut peNgaji Deling Umi Badriyah dari Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN) menyebutkan, dikatakan junjung derajat, di mana dalam sebatang bambu tersebut terdapat beberapa ros yang jaraknya berdekatan seperti menumpuk.
Di mana batang bambu ini merupakan tiang, pancer dan wadah dari perwujudan dan penyatuan semua rasa dari tumpukan ros tersebut.
Adapun inti dari junjung derajat adalah mengangkat derajatnya, di mana dengan segala daya dan upaya seseorang mampu mengangkat dirinya, derajatnya di atas, tidak sama dengan orang umumnya, sebagai karakter orang yang linuwih.
“Pada dasarnya manusia yang memiliki ilmu junjung derajat akan mendapat ilham dari Alloh. Termasuk ia akan diangkat derajatnya oleh Gusti Alloh,” ujar Umi Badriyah.
Di mana pancaran energi makro kosmos junjung derajat ini secara otomatis akan menjadikan manusia tersebut tampak punya kharisma, wibawa, dapat dipercaya, juga amanah dalam mengemban dan menjalankan tugas tanggungjawabnya, katanya lebih lanjut.
Bahkan disebutkan, dalam dunia politik bahwa legitimasi seorang pemimpin pun akan terjunjung derajatnya manakala dalam kepemimpinannya dibekali pulung “Bambu Junjung Derajat”.
Junjung derajat, atau seorang calon pemimpin akan terjunjung derajatnya itu sendiri pastinya tidak datang secara ujug-ujug atau diperoleh dari hasil karbitan yang kapabilitas dan kompetensinya diragukan dan belum teruji.
Junjung derajat, atau seorang calon pemimpin akan terjunjung derajatnya itu adalah hasil buah suka duka seperti tergambar pada tongkat bambu “Songgo Langit” sebelum yang bersangkutan mengemban tugas yang diamanahkan kepada dirinya.
Adapun tulisan ini lebih pada amatan Ngaji Deling – membaca bambu mengunkap makna – sebagaimana tersurat dan tersirat apa dan siapa bambu junder, yang diperuntukkan guna melengkapi artikel sebelumnya “Antara Ahok dan Pusaka Tongkat Bambu Songgo Langit”. Itu kata bambu junder “TulungAgung”!
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, PeNgaji Deling “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” (KPBUN), Pemimpin Redaksi Bambuunik.com