Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Dari Kasus Penodaan Agama Ahok dan Jelang 3 Tahun Legitimasi Pemerintahan Presiden Jokowi
Artikel ini sengaja saya tulis bertepatan jelang pembacaan putusan majelis hakim kasus persidangan Ahok atas tuduhan penodaan agama, 9 Mei.
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Artikel ini sengaja saya tulis bertepatan jelang pembacaan putusan majelis hakim kasus persidangan Ahok atas tuduhan penodaan agama, 9 Mei.
Meski judulnya “Dari Kasus Penodaan Agama Ahok dan Jelang 3 Tahun Legitimasi Pemerintahan Presiden Jokowi”, tapi disini saya sengaja tidak memajang foto Ahok atau Presiden Jokowi, melainkan memilih foto bambu zig-zag rancang kencono.
Di tulisan ini saya juga tidak akan ngaji jalannya babak akhir putusan sidang atas tuduhan penodaan agama oleh Ahok.
Tapi pastinya kita berharap majelis hakim dengan segala kewenangan independensinya akan memutus seadil-adilnya berdasarkan pertimbangan fakta dan bukti dalam persidangan.
Dan demi supremasi hukum, apapun putusan majelis hakim, suka atau suka, puas atau tidak puas, harus kita apresiasi dan hormati secara legowo, karena inilah hasil dari fakta persidangan.
Harus kita akui, banyak cerita politis di balik semua itu. Termasuk, kita pun tidak menyangkal bahwa kasus tuduhan penodaan agama yang ada pada Ahok ini juga menggulirkan efek politis yang terhubung legitimasi pemerintahan Presiden Jokowi.
Seperti dalam gelaran aksi anti Ahok, nama Presiden Jokowi pun terdampak pula sebagai sasaran tembak.
Bahkan ada analisis politis menyebutkan bahwa gelaran anti Ahok ini sebagai batu lompatan menyasar bidikannya ke Presiden Jokowi.
Setidaknya itu poin yang juga tersirat dari kasus penistaan agama Ahok dan jelang 3 tahun legitimasi pemerintahan Presiden Jokowi.
Lalu apa pula relasi pemilihan bambu zig-zag rancang kencana ini dengan kasus penistaan agama Ahok dan jelang 3 tahun legitimasi pemerintahan Presiden Jokowi?
Dalam khasanah ngaji deling, bambu zig-zag rancang kencana ini disimbolisasikan atau merepresentasikan perpaduan yang saling kait mengkait, saling memperkuat dan saling memperkokoh satu sama lain dalam sebuah batang tubuh.
Begitu halnya bila bambu zig-zag rancang kencana ini dikaitkan dalam tatanan pemerintahan, di mana setiap elemen dalam pemerintahan harus berpadu saling kait mengkait, saling memperkuat dan saling memperkokoh satu sama lain dalam mengantisipasi segala bentuk upaya yang dimaksudkan untuk mengganggu stabilitas jalannya roda pemerintahan yang sah dan konstitusional.
Pada putaran tahun ketiga ini kredibilitas dan legitimasi Presiden Jokowi menghadapi ujian dan dipertaruhkan, setidaknya sampai 6 bulan berikutnya.
Kalaupun akhirnya Presiden Jokowi mampu mengantisipasi dan mengatasi semua ini niscaya sisa dua tahun berikutnya stabilitas akan terjaga lebih baik.
Karena kalau tidak diantisipasi, disikapi dan diatasi bukan tidak mungkin gelombangnya akan terus terjadi dan kian membesar, dan bisa mengoyak sendi-sendie kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mengganggu stabilitas jalannya roda pemerintahan.
Setidaknya itulah terawang politis yang saya peroleh dari kasus aksi penodaan agama Ahok dan jelang 3 tahun legitimasi masa pemerintahan Presiden Jokowi dengan ngaji deling – membaca bambu – membaca bahasa tanda – mengungkap makna, apa dan siapa yang tersirat di balik pesan bambu unik zig-zag rancang kencana.
Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, penyuka bambu unik, pengaji deling Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), Pemimpin Redaksi Bambuunik.com