Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Heru Pujihartono dan Sentuhan Kedekatan Pada Atlet Gulat DKI Jakarta
Pencapaian atlet gulat DKI Jakarta pada tiga event nasional terakhir sangat menggembirakan. Pada Kejurnas antar Pusat Pendidikan Olahraga Pelajar
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Tubagus Adhi
Pencapaian atlet gulat DKI Jakarta pada tiga event nasional terakhir sangat menggembirakan. Pada Kejurnas antar Pusat Pendidikan Olahraga Pelajar (PPOP) yang diselenggarakan di Serang, Banteng, awal Agustus 2017 lampau, teraih dua medali perunggu.
Lalu, pertengahan September, pada kompetisi gulat Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas), di Grobogan, Jateng, direbut dua medali emas, satu perak dan dua perunggu.
Terakhir, pada Kejurnas Gulat Senior 2017 yang juga dijadikan Test-Event Asian Games XVIII/2018, 24-27 Oktober lalu di GOR Ciracas, Jakarta Timur, dipersembahkan satu medali emas dan lima perunggu.
Itu pasti belum menjadi prestasi puncak dari para pegulat DKI Jakarta baik yang ditempa di PPOP dan menjalani pelatihan jangka panjang di GOR Ragunan, atau para pegulat senior yang tergabung dalam Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) dan juga ditempa di GOR Ragunan.
Masih banyak event-event gulat skala nasional yang akan dan wajib dihadapi para pegulat yunior DKI Jakarta yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah SMP/SMA, dan para pegulat senior yang menjadi tulang-punggung di event-event besar nasional, juga single-event gulat di mancanegara.
Kompetisi gulat PON XX/2020 di Papua, tak bisa dipungkiri, akan menjadi salah satu titik kulminasi dari persaingan para pegulat di seluruh provinsi. Demikian juga untuk tim gulat DKI Jakarta.
Setelah hanya mampu membawa pulang lima medali perunggu dari pentas gulat PON XIX/2016 di Bandung, Jabar, tentu wajar jika pencinta gulat di ibukota mengharapkan para pegulat DKI Jakarta bisa menuai prestasi lebih baik lagi.
Membawa pulang medali emas dari kontes gulat PON XX/2020 di Papua adalah harapan besar yang ditumpukkan pada para pegulat DKI Jakarta yang kini dibina di PPOP atau di Pelatda.
Itu tentu tak hanya menjadi tanggung-jawab dari seorang H.Heru Pujihartono, Ketua Bidang Dana Pengprov PGSI DKI Jakarta yang mengemban amanah sebagai Chef de Mission (CdM) pada tiga event di atas.
Akan tetapi juga tanggung-jawab dari seluruh jajaran pengurus di Pengprov PGSI DKI Jakarta.
Lebih dari itu, juga tanggung-jawab dari pimpinan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi DKI Jakarta.
Oleh karena itu, tentunya sudah menjadi keinginan dari Pengprov PGSI DKI Jakarta dan seluruh komunitas olahraga di ibukota, dualisme yang saat ini masih terjadi dalam kepengurusan KONI DKI Jakarta semoga segera berakhir.
KONI Provinsi DKI Jakarta yang satu, dan solid, menjadi harapan kesemuanya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Salahuddin Uno diharapkan segera menyelesaikan konflik berkepanjangan di kepengurusan KONI DKI Jakarta ini.
Jika tidak, itu akan sangat merugikan keolahragaan di DKI Jakarta pada umumnya, tak terkecuali cabor gulat.
Sudah sejak beberapa bulan terakhir cabor gulat juga terkena imbas dari dualisme yang terjadi di kepengurusan KONI Provinsi DKI Jakarta ini. Untuk bisa dijadikan sekadar contoh, tersendatnya pemberian uang saku atlet, yang saat ini menjalani pelatihan di PPOP atau Pelatda.
Keterlambatan pemberian uang saku secara signifikan berpengaruh ke banyak faktor, tak terkecuali menurunnya semangat atau motivasi untuk berlatih.
Sekadar kebetulan jika untuk cabor gulat masih ada figur seperti H.Heru Pujihartono yang bersedia untuk sementara mendampingi para pegulat. Ketua Bidang Dana Pengprov PGSI DKI Jakarta ini mengemban amanah dari Ketua Umum Pengprov PGSI DKI Jakarta Steven Setiabudi Musa untuk menjadi Chef de Mission (CdM) pada beberapa event gulat yang diikuti.
Berbagai inovasi yang dilakukan H.Heru Pujihartono, misalnya menyewakan tempat tinggal yang lebih memadai untuk pegulat senior, meningkatkan gizi dari menu makanan para pegulat, tak bisa dipungkiri menjadi pemicu sekaligus pemacu pencapaian prestasi mereka.
Tak mengherankan jika para pegulat sendiri menginginkan H.Heru Pujihartono, yang penyandang Dan-1 karateka itu, tetap bersedia mendampingi mereka.
Para atlet adalah orang-orang pilihan yang memiliki kelebihan untuk mencapai keberhasilan dari proses latihan simultan dan sikap militan mereka. Uang mungkin bukan segala-galanya. Yang lebih diperlukan adalah perhatian dan pendekatan yang baik.
Itu pula yang membuat H.Heru Pujihartono berusaha keras untuk dapat mendampingi atletnya secara maksimal.
Pemilik perusahaan katering Nendia Primarasa di Bina Harapan 38-A, Pancoran, Jakarta Selatan ini, juga memberikan sentuhan kedekatan lain yang selama ini belum pernah dirasakan oleh para pegulat.
H.Heru Pujihartono dua kali menggelar acara pembubaran tim gulat DKI Jakarta ini melalui sebuah acara khusus dengan menjamu mereka makan malam di tepi kolam kompleks Jagakarsa Residence, Jakarta Selatan.
Di situ para atlet dan pengurus Pengprov PGSI DKI Jakarta bersama-sama bergembira, bernyanyi, dan bergoyang mengiringi alunan lagu-lagu dari penyanyi dan organ tunggal.
"Acara seperti ini belum pernah kita lakukan, padahal perlu," ujar Wilbertus Sihotang, Sekum Pengprov PGSI DKI Jakarta, saat pembubaran tim gulat yang diterjunkan ke Kejuaraan Antar-PPOP di Serang, medio Agustus lalu.
Pada acara pembubaran tim gulat yang diterjunkan ke kompetisi gulat Popnas 2017 di Jateng dan Kejurnas Senior & Test Event Asian Games 2018, Sabtu (28/20/2017) malam, para pegulat yunior dan senior berhimpun bersama mengenyam kegembiraan.
Acara pembubaran tim tadi malam lebih semarak karena dihadiri oleh Resti Nendia, istri H.Heru Pujihartono, bersama dua putri mereka, yakni Ken Chelsea Zaza Concheta (11 tahun) dan Ken Moza Myherza Concheta (7 tahun). Anak tertua mereka, Ken Rio Rayhan Afvan Herez, tidak terlihat.
Maka, para pegulat dan pelatih pun meluapkan kegembiraan mereka, bernyanyi dan menari-nari mengiringi Goyang Maumere:
Putar ke kiri e
Nona manis putarlah ke kiri
Ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e
Sekarang kanan
eNona manis putarlah ke kanan
Ke kanan ke kanan ke kanan dan ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan
manis e
* Tubagus Adhi, Pemerhati olahraga di tanah air