Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

LPAI: Siaga Satu di Malam Tahun Baru

Data-data global semestinya membuat orang tua berpikir ulang sebelum mengizinkan anak-anak keluyuran menyambut tahun baru.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in LPAI: Siaga Satu di Malam Tahun Baru
TRIBUN/SANOVRA JR
Pertunjukan kembang api pada malam pergantian tahun di Anjungan pantai Losari, Makassar, Jumat (1/1/2016). Pemerintah Kota Makassar menggelar puncak perayaan malam Tahun Baru 2016 berpusat di Pantai Losari. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR 

KADUNG ada anggapan bahwa pada malam tahun baru anak-anak seolah mendapat kemudahan untuk 'sibuk' di luar rumah.

Data-data global semestinya membuat orang tua berpikir ulang sebelum mengizinkan anak-anak keluyuran menyambut tahun baru.

Ambil misal:

Konsumsi minuman keras merupakan tradisi yang lazim dilakukan banyak orang.

Terlebih pada malam tahun baru, takaran konsumsi minuman beralkohol dan jenis lainnya melonjak seketika.

Pada suasana tahun baru yang identik dengan pesta semalam suntuk, anak-anak pun seakan menemukan momentum untuk mulai menjajal benda terlarang itu.

Baca: Menanti Langkah Prabowo Subianto Menuju Pilpres 2019

Berita Rekomendasi

Andai tidak minum minuman keras, agar tahan begadang, anak-anak bisa saja mengonsumsi minuman-minuman energi.

Padahal, walau tidak mengandung alkohol, minuman semacam itu tetap bisa berakibat buruk bagi kesehatan, misalnya karena overdosis kafein.

Studi juga menemukan, konsumsi minuman energi di usia belia meningkatkan potensi anak muda kelak menjadi peminum minuman keras.

Perilaku-perilaku tipikal di malam tahun baru tersebut menjadi penyebab masalah susulan: tingginya kunjungan ke unit gawat darurat rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas, mabuk dan keracunan, cedera perkelahian fisik, kontak seks liar dan tidak aman, perilaku tidak tertib sosial, serta insiden-insiden lain akibat menurunnya kesadaran.

Tidak hanya sekian banyak risiko di atas datang sebagai akibat dari perilaku anak-anak sendiri.

Baca: Sebelum Menghembuskan Napas Terakhir, Vena Bisikkan Sebuah Nama Orang yang Membunuhnya

Anak-anak juga berisiko menjadi korban karena kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dilakukan pula oleh orang-orang dewasa.

Jadi, anak-anak merupakan kelompok usia dengan kerentanan berganda.

Nah, dipikir-pikir, dengan berbagai potensi bahaya berlipat ganda seperti di atas, sewajarnya publik waswas akan keselamatan anak-anak, bukan malah bersuka ria.

Juga, masuk akal jika polisi justru menaikkan status siaga pada malam menjelang 1 Desember 2017.

Khusus bagi keluarga, kalau kegiatan di luar rumah tidak ada sangkut-pautnya dengan kegiatan keluarga atau pun program-program keagamaan, ayah bunda berinisiatiflah sendiri untuk mengadakannya pada malam tahun baru.

Baca: Vebby Palwinta Belum Ingin Mencari Sosok Pengganti Baim Wong

Atau, apa boleh buat, daripada tak mampu mengelak risiko, cegah anak bepergian pada malam pergantian tahun.

Jaga mereka dengan pelukan dan doa, tidur sebagaimana biasa, besok paginya baru plesir bersama.

Penulis:
Idam Khalid, Kabid Organisasi & Kaderisasi, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI)

Henny Hermanoe
Sekretaris Jenderal Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas