Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Berharap dari Kerja Cepat BSSN
-Ancama siber atau cyberattack akan terus menghantui semua negara, termasuk Indonesia
Editor: Rachmat Hidayat
Persentase pertumbuhan ini diklaim sebagai yang terbesar di dunia, karena pada tingkat global, pertumbuhan rata-rata hanya 10 persen. Tingginya pertumbuhan itu setidaknya tercermin pada meningkatnya jumlah pengguna media sosial (Medsos), serta pertumbuhan nilai transaksi e-commerce dan e-banking.
Terbanyak memang pengguna Medsos atau warganet. Tetapi puluhan juta orang di dalam negeri telah memanfaatkan jaringan internet untuk mencari informasi produk, harga dan berbelanja, serta berkomunikasi dengan bank untuk berbagai keperluan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), industri e-commerce Indonesia dalam 10 tahun terakhir meningkat hingga 17% dengan total jumlah usaha e-commerce mencapai 26,2 juta unit.
Nilai transaksi e-commerce di Indonesia pada 2016 mendekati 25 miliar dolar AS, sekitar Rp 319,8 triliun. Berdasarkan pertumbuhan tahun 2016 itu, pemerintah pun memproyeksikan pertumbuhan transaksi e-commerce tahun 2017 berada di kisaran 30 persen sampai persen.
Pada tahun 2020 nanti, nilai transaksi diproyeksikan mencapai 130 miliar dolar AS. Menurut riset oleh Bloomberg, pada tahun 2020, lebih dari separuh penduduk Indonesia akan terlibat dalam aktivitas e-commerce.
Sementara menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data dan pengguna e-banking pun terus bertumbuh. Jumlah pengguna e-banking (SMS banking, phonebanking, mobile banking, dan internet banking) meningkat 270%, dari 13,6 juta nasabah pada 2012 menjadi 50,4 juta nasabah pada 2016.
Frekuensi transaksi pengguna e-banking pun meningkat 169%, dari 150,8 juta transaksi pada 2012 menjadi 405,4 juta transaksi pada 2016.
Pusat-pusat layanan publik pada sejumlah K/L, rumah sakit hingga sektor industri pun mengandalkan internet.
Semua itu tentu harus mendapatkan perlindungan maksimal dari negara. Kebutuhan akan perlindungan itu tidak bisa ditawar-tawar lagi karena pontensi serangan siber selalu menghantui Indonesia.
Itulah alasannya BSSN perlu bekerja cepat untuk meminimalisir ancaman. Antisipatif
Ancaman siber pada 2018 ini diperkirakan tetap variatif. Ada ancaman serangan, membobol sistem hingga pencurian data. Masyarakat dan pelaku bisnis pada semua sektor usaha harus peduli dan waspada.
Para pakar dan peneliti memperkirakan serangan siber akan membidik sistem kontrol pada sektor industri dan perdagangan atau ICS (Industrial Control Systems).
Kewaspadaan BSSN dan pemerintah tentunya harus mengacu pada kecenderungan yang terus berkembang di dalam negeri seperti sekarang ini, yang ditandai dengan tingginya pertumbuhan e-commerce dan e-banking, selain meningkatnya penggunaan internet oleh pemerintah dan sektor bisnis swasta serta di pos-pos layanan publik.
Bukan cerita baru bahwa para hackerslebih membidik sistem keuangan di banyak negara, termasuk di Indonesia.