Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Krisis Kepemimpinan dan Kebutuhan Arah Baru Indonesia
Mengapa masyarakat sampai merasakan disorientasi akan arah bangsa ini?
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Anis Matta
TRIBUNNEWS.COM - Satu hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah terjadinya krisis narasi tentang ke mana arah yang dituju oleh bangsa ini.
Saat ini ancaman krisis narasi itu seakan telah di depan mata, ketika sejumlah survei merilis data bahwa masyarakat merasa Indonesia tidak menuju arah yang benar sebagai bangsa.Seakan terjadi kehilangan kepercayaan terhadap jalannya pemerintahan menuju kepada penyejahteraan rakyat.
Hilangnya kepercayaan itu terjadi ketika negara begitu bersemangat menggenjot pembangunan infrastruktur, namun secara bersamaan masyarakat merasakan kehidupan yang makin berat dan kecemasan terhadap masa depan yang makin meningkat. Mengapa masyarakat sampai merasakan disorientasi akan arah bangsa ini?
Krisis narasi ditandai oleh munculnya begitu banyak paradoks dan melahirkan masalah yang kompleks, namun negara tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan jawaban atas semua masalah itu. Padahal, akumulasi dari masalah-masalah yang tidak terjawab itu akan melahirkan kebingungan dan disorientasi kolektif.
Jika solusi kepemimpinan yang berlandasakan pada ideologi, struktur nilai dan sistem politik tidak mampu menjawab paradoks-paradoks itu, maka relevansinya seketika hilang.
Sebuah narasi baru diperlukan untuk mengurai benang kusut itu dan menciptakan sebuah alur baru dimana semua elemen terintegrasi kembali dan sungai kehidupan kembali mengalir dalam sebuah arah sejarah baru.
Dalam pencarian narasi ini diperlukan sikap kepemimpinan yang mampu memberi solusi dan mampu meyakinkan kepada publik tentang narasinya. Jika para pemimpin tidak mempunyai alur mengenai akan di bawa kemana bangsa ini ke depan, maka mereka sebenarnya akan kehilangan relevansi. Masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan pada kemampuan pemimpinnya untuk membawa kepada arah yang menjanjikan.
Krisis adalah Pintu Masuk Perubahan
Kepemimpinan saat ini harus diakui masih sulit untuk mewujudkan kesejahteraan dengan potensi besar yang kita miliki. Yang kita rasakan saat ini adalah kesenjangan antara potensi yang kita miliki dan hasil yang kita capai. Langit terlalu tinggi tapi kita terbang terlalu rendah. Kita seperti orang kaya yang tidak bisa mengelola kekayaannya dengan baik dan kini berada di ambang kebangkrutan.
Fundamental ekonomi yang lemah karena digerogoti utang luar negeri yang mencapai Rp 4.750 triliun, kesenjangan ekonomi yang kian menjulang, dan melemahnya kurs Rupiah adalah masalah nyata yang tampak coba ditutupi dengan hiburan-hiburan jenaka.
Memang, pendewasaan sosial-politik yang telah dilewati rakyat membuat krisis tidak selamanya ditandai kerusuhan sosial.
Hilangnya kemampuan untuk mewujudkan janji kesejahteraan dengan potensi yang dimiliki ini setidaknya tidak terlepas dari krisis narasi kepemimpinan.
Gejala krisis itu muncul dalam perasaan disorientasi karena tidak adanya arah kehidupan berbangsa dan bernegara yang jelas, serta lemahnya kapasitas kepemimpinan nasional dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.