Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Krisis Kepemimpinan dan Kebutuhan Arah Baru Indonesia

Mengapa masyarakat sampai merasakan disorientasi akan arah bangsa ini?

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Krisis Kepemimpinan dan Kebutuhan Arah Baru Indonesia
Tribunnews/Herudin
Anis Matta 

Misalnya, bagaimana roadmap Indonesia dalam menghadapi eskalasi di Laut Cina Selatan tidak pernah tersampaikan dengan jelas kepada publik. Ketiadaan arah itulah yang saya maksud dengan krisis narasi dan lemahnya kapasitas kepemimpinan itu yang saya maksud dengan krisis kepemimpinan.

Arah Baru: Revolusi Cerdas

Sebagai bangsa kita perlu terus menanamkan dan mengintensifkan kebutuhan untuk berprestasi (need to achieve). Namun, semangat berprestasi itu tidak boleh terbatas untuk kepentingan pribadi seperti yang digambarkan psikolog Amerika David McClelland. Kebutuhan akan pencapaian tersebut harus didasari semangat pertangungjawaban sejarah kita. Mau apa kita dengan hidup ini?

Inilah nilai baru yang berkembang dalam struktur nilai masyarakat sebagai hasil dari demokrasi, kesejahteraan, pendidikan, dan pembauran dengan budaya global. Nilai baru ini melengkapi nilai-nilai yang sdh ada sebelumnya, yaitu agama dan kebersamaan atau kolektivitas.

Nilai kolektivitas juga tercermin dari nilai kekeluargaan yang tumbuh dalam kelompok, komunitas atau organisasi, serta dalam praktik gotong-royong. Jadi, kombinasi antara nilai-nilai religiositas, kolektivitas dan kebutuhan berprestasi ini akan menjadi pendorong kemajuan masyarakat dan bangsa dalam era peralihan ini.

Perjalanan sejarah di hadapan kita adalah gelombang besar yang mempertemukan antara agama, pengetahuan, demokrasi, dan kesejahteraan. Agama membentuk karakter bangsa; pengetahuan membentuk kapasitas manusia dan negara; demokrasi menciptakan keseimbangan sosial antara kebebasan dan keteraturan; kesejahteraan adalah output dalam bentuk standar kehidupan yang lebih berkualitas.

Semua tenaga dan pikiran kita harus dicurahkan ke arah baru itu. Jika pada gelombang pertama perjalanan bangsa sejak pergerakan nasional 1908-kemerdekaan 1945 tema utamanya adalah eksistensi dan identitas; Pada gelombang kedua, dari Orde Lama hingga orde reformasi kita berkutat membangun sistem dan kapasitas; maka pada gelombang ketiga yang terjadi pasca reformasi ini, maka kita bekerja dengan tema utama integrasi dan kolaborasi.

Berita Rekomendasi

Potensi yang begitu banyak tercerai-berai harus diintegrasikan dan dikolaborasikan untuk kemajuan bersama.

Pada era sekarang ini kita sudah harus memikirkan arah baru Indonesia. Arah baru yang lahir dari sebuah revolusi cerdas (smart revolution),dimana perubahan besar dijalankan tanpa goncangan sosial besar karena kita menekan tombol-tombol perubahan yang tepat.

Revolusi cerdas adalah perubahan besar mengikuti sistem demokrasi yang berlaku. Perubahan itu berjalan tanpa mencederai prosedur dan nilai-nilai demokrasi yang selama ini kita junjung. Yang ditawarkan kepada rakyat adalah arah baru yang akan kita tuju, agar kita menjadi bangsa yang sejahtera, kuat, berdaya saing, serta mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi.

Solusi bagi krisis narasi dan krisis kepemimpinan adalah lahirnya kepemimpinan nasional yang memiliki visi besar dan mampu menggerakkan seluruh rakyat untuk mencapai visi itu bersama. Pemimpin yang muncul dalam arah baru ini bukan menawarkan hiburan dan tawa sejenak, atau janji-jani yang sulit ditepati, tetapi bangunan sistem baru untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Arah baru Indonesia akan membawa kita pada posisi sejajar dengan negara-negara kuat di dunia karena sejatinya kita punya kekuatan dan kemampuan untuk itu. Kita memiliki potensi demografi, kekayaan alam, posisi geopolitik yang strategis, serta pasar dometik yang besar. Sebagai ilustrasi, Indonesia adalah satu dari tiga negara Muslim yang masuk G-20 bersama Turki dan Arab Saudi.

Namun, jika melihat Pendapatan Domestik Burto, Indonesia memiliki ukuran perekonomian yang lebih besar. Dari segi modal sosial, Indonesia memiliki akumulasi pengalaman demokratisasi yang lebih matang dari kedua negara tersebut. Artinya, potensi itu ada, tinggal bagaimana kepemimpinan nasional yang cakap dapat mengubahnya menjadi hasil yang membawa kesejahteraan.

Sudah saatnya kita tidak perlu lagi silau dan larut dalam puji-pujian negara lain atau lembaga keuangan internasional. Kita tak butuh pujian manis lembaga donor, kita lebih butuh rasa terima kasih yang tulus dari rakyat seluruhnya, karena telah tercapainya kesejahteraan. Jadi, dengan arah baru Indonesia, kita akan menulis sejarah kita sendiri dengan tinta keringat kerja keras kita sendiri.

Anis Matta: Pengamat Politik Internasional

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas