Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Puisi Esai Segera Masuk ke Sekolah
Kini para dosen dari lima pulau besar Indonesia sedang menyiapkan buku puisi esai untuk sekolah.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNERS - Kurikulum tahun 2013, mensyaratkan siswa memiliki keterampilan yang disingkat 4 C (Communication, Colloboration, Critical Thinking Creativity).
Puisi esai mengasah ke empatnya. Puisi esai ditulis dalam bahasa yang mudah, mengkolaborasikan dunia realita dan fiksi, mengeksplorasi pikiran kritis karena dimulai dengan riset, dan memenuhi kreativitas karena bertumpu pada kisah fiksi yang imajinatif.
Baca: Prabowo Beri Tiket ke Gatot di Pilpres? Gerindra: Itu Hoax
Kini para dosen dari lima pulau besar Indonesia sedang menyiapkan buku puisi esai untuk sekolah. Buku ini dapat membuat siswa sekolah lebih mengenal puisi esai, dan para guru menjadikan puisi esai sebagai salah satu medium untuk membentuk karakter siswa.
Demikian Rita Orbaningrum menyampaikan pandangannya dalam Pro Kontra Puisi Esai ke-5, di Yayasan Budaya Guntur (8/6/2018). Rita guru asal Babel. Ia juga penyair yang menulis puisi esai. Rita sendiri terlibat dalam penulisan buku puisi esai untuk sekolah.
Yohannes Sehandi, pengamat sastra dari NTT menambahkan. Cukup mudah bagi guru untuk mengajarkan puisi esai kepada siswa termasuk yang tak menyukai puisi pada awalnya.
Guru dapat meminta siswa membaca dulu aneka catatan kaki puisi esai. Itu umumnya soal fakta dan kenyataan sosial. Setelah itu mulai membaca puisinya.
Anto Narosama, penyair dari Sumsel mendukung masuknya puisi esai ke sekolah. Prinsip keilmuan cukup terwakili pada puisi esai.
Ada riset di sana. Ada catatan kaki. Aneka kisah sejarah atau pesan sosial mudah dimasukkan baik dalam catatan kaki atau teks puisinya.
Diskusi puisi esai juga diramaikan oleh pembacaan puisi ramadhan. Di samping membaca puisi karya sendiri dan sastrawan lain, Penyair Pinto Janir dari Sumatra Barat, Isbedy Stiawan dari Lampung, dan Fatin Hamama dari Jakarta, membacakan puisi esai mini Denny JA yang ia tulis setiap hari menyambut sahur. Puisi esai mini ini mengekspresikan isu sosial dari pesan moral setiap Juz Alquran.
Pemandu acara komedian Randhika Djamil, acapkali membuat lelucon yang membuat diskusi ini tak hanya membuat kening mengkerut tapi juga tertawa.
Denny JA selaku penggagas puisi esai menambahkan bahwa masuk ke sekolah adalah tahapan selanjutnya dari perkembangan puisi esai. Bersama pendidikan agama, puisi esai dapat menyentuh hati dan menyampaikan pesan moral universal.*