Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mahasiswa Brawijaya Ciptakan Inovasi Alat Ekstraksi Karotenoid dari Ampas Wortel
Setiap tahunnya Indonesia mampu memprosuksi rata-rata 495 ribu ton wortel. Selama ini, selain dimasak menjadi sayur, wortel juga banyak dimanfaatkan m
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Setiap tahunnya Indonesia mampu memprosuksi rata-rata 495 ribu ton wortel. Selama ini, selain dimasak menjadi sayur, wortel juga banyak dimanfaatkan menjadi jus.
Namun, proses tersebut masih meninggalkan hasil samping berupa ampas wortel. Hasil samping pengolahan buah dan sayur yang dibuang begitu saja akan menimbulkan masalah lingkungan, sedangkan jika diproses dengan benar dapat menjadi sumber biokomponen yang sangat baik untuk tubuh dan bernilai ekonomi.
Baca: Satu Per Satu Keluarga Korban Letakkan Batu Tanda Dimulainya Pembangunan Monumen, Tangis pun Pecah
Sejauh ini, sebagian besar ampas wortel hanya dibuang begitu saja. Padahal, kandungan karotenoid pada ampas wortel mencapai 80% dari total karotenoid pada wortel. Karotenoid sebagai pembentuk vitamin A sangat penting bagi tubuh, mampu menurunkan resiko terkena kanker, kardiovaskular, degenerasi macular serta formasi katarak.
Itulah yang melatarbelakangi tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB), yaitu Adi Rahmanto Wibowo, Roya Putri Habibah dan Rismoyo Nahri Filanto menciptakan inovasi alat ekstraksi karotenoid melalui program kreativitas mahasiswa dari Kemenristekdikti yang berjudul GODECT (Green Carotenoid Extractor) Rancang Bangun Alat Ekstraksi Karotenoid Berbasis Green Electric Pulse Sebagai Upaya Mewujudkan Indonesian Zero Waste Technology.
Adi menjelaskan, GODECT merupakan alat ekstraksi karotenoid yang sangat efektif karena menggunakan kombinasi teknologi non-thermal PEF (Pulse Electric Field) yang mampu merusak dinding sel pada bahan dan minyak zaitun sebagai pelarutnya. Serta alat ini juga dilengkapi dengan pressure chamber agar didapatkan hasil akhir yang maksimal.
"Dengan menggunakan GODECT ini karotenoid yang dihasilkan tidak akan mengalami kerusakan karena prosesnya yang tanpa panas. Karena karotenoid memiliki sifat yang rentan terhadap panas. Selain itu, kami memilih menggunakan minyak zaitun sebagai zat pelarutnya karena memungkinkan untuk langsung dikonsumsi, karena manfaatnya yang begitu banyak bagi kesehatan,” katanya.
Baca: Ketua DPR Sebut Basarnas Mendapatkan Kendala Sehingga Hentikan Pencarian KM Sinar Bangun
Roya menambahkan, dengan menggunakan GODECT Indonesia diharapkan mampu memproduksi suplemen vitamin A sendiri.
“Selama ini, Indonesia masih melakukan import untuk memenuhi kebutuhan suplemen vitamin A dalam negeri. Selain menggunakan minyak zaitun, kami juga mencoba menggunakan minyak goreng sebagai pelarutnya agar kandungan vitamin A minyak goreng meningkat. Karena akhir-akhir ini lagi gencar-gencarnya program Fortifikasi Pangan, diharapkan nantinya dengan GODECT ini, kami bisa turut andil dalam mensukseskan program tersebut,” ujarnya.
Tim GODECT berharap kedepannya mampu mengembangkan GODECT dalam skala yang lebih besar dan berharap dapat mengatasi permasalahan yang ada. Karena mahasiswa harus berani berkarya demi kemajuan bangsa.