Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Festival Rimpu Bima Dompu Bukan Sekedar Budaya

Festival Rimpu Bima Dompu yang digelar di Monas Minggu (15/7/2018) lalu adalah perhelatan besar masyarakat Bima Dompu yang bersifat nasional menata du

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Festival Rimpu Bima Dompu Bukan Sekedar Budaya
tribunjakarta.com
Pengunjung yang menghadiri Festival Rimpu Bima-Dompu 2018 

Festival Rimpu Bima Dompu yang digelar di Monas Minggu (15/7/2018) lalu adalah perhelatan besar masyarakat Bima Dompu yang bersifat nasional menata dunia harus mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.

"Festival itu sendiri bukan sekedar perhelatan budaya namun dibalik itu ada pesan-pesan yang menjelaskan bahwa wanita Bima Dompu memiliki semangat ketaatan terhadap syari’at (religius)," ungkap Umar Ali MS, sesepuh Bima yang sudah menetap di Jakarta.

Memakai Rimpu bagi masyarakat Bima Dompu diakuinya bukan hal yang baru, sejak awal masuknya Islam sekitar 1640 M,

"Dan perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh datangnya pedagang Arab banyak membawa pengaruh besar terhadap perubahan busana sebagai proses akulturasi yang sejalan dengan kondisi keislaman saat itu," jelasnya.

Dengan masuknya Islam dan menjadi kepercayaan yang kuat di masyarakat, hampir semua nilai-nilai kebudayaan masyarakat menggunakan nilai-nilai religius, diantaranya terjadi modifikasi pakain lokal Sanggentu menjadi Rimpu, sebagai bentuk ketaatan terhadap syari’at menutup aurat.

Hal ini sejalan dengan perintah Qur’an: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,” (TQS. An-Nuur [24]: 31).

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ (TQS. Al-Ahzab [33]: 59).

Jadi, Rimpu tidak kita batasi sebagi budaya, namun yang paling kental adalah adanya nilai-nilai identitas keislaman dan keindahan yg pernah ada dan akan tetap di lestarikan.

Karena itu Masyarakat Bima Dompu Se Jabodetabek hadir bersama Bupati Kabupaten Bima, Bupati Dompu dan sejumlah tokoh masyarakat Bima Dompu menghabiskan kegembiraan di fersival ini.

"Saya pikir, Inilah festival besar sebagai langkah awal memperkenalkan diri bahwa masyarakat Bima Dompu yang tidak saja memiliki budaya yang santun, namun jauh lebih awal telah mengenal islam dalam busana penuh corak keindahan. Inilah alasan kenapa festival ini berani tampil untuk nasional menyapa Dunia," uujar Bacaleg DPR RI dari Partai PBB ini.

Umar Ali MS
Umar Ali MS saat hadir di Festival minggu 15 Juli 2018 kemarin di Monas.

Berita Rekomendasi
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas