Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ijtima' Ulama, Antara Berkah dan Musibah!
Tanpa syarat cawapres. Cawapres diserahkan kepada Prabowo. Apakah ini bertanda turun berkah? Nanti dulu. Bisa iya, bisa juga tidak.
Editor: Hasanudin Aco
Menggunakan ketokohan para ulama untuk ikut membantu komunikasi politik dengan PAN dan Demokrat. Ini langkah yang lebih rasional. Meski tanpa Demokrat dan PAN pun, Gerindra-PKS sudah cukup quota untuk mengusung pasangan capres-cawapres.
Kuncinya satu: Prabowo bisa terima Habib Salim sebagai cawapres. Yakin akan bisa menang ketika berdampingan dengan Habib Salim. Jika tidak? Meninggalkan PKS dan ulama tergolong langkah nekat bagi Prabowo dan Gerindra. Ini malah berpotensi jadi musibah.
Jika Prabowo tak bisa terima rekomendasi ulama, justru mundur akan menjadi langkah terbaik bagi Prabowo, dari pada nekat maju tanpa dukungan para ulama.
Mundur, berarti Prabowo telah menunaikan janjinya "Siap mundur jika ada calon yang lebih baik".
Ini bagian dari komitmen Prabowo kepada para ulama. Lalu, Prabowo tunjuk satu tokoh untuk menggantikan dirinya sebagai capres. Yang harus dipertimbangkan, tokoh itu mesti bisa diterima PKS, PAN, Demokrat dan ulama.
Dan Prabowo naik posisi jadi King Maker. Jauh lebih terhormat. Dengan begitu, dilema berakhir. Ijtima' Ulama jadi berkah, bukan musibah.
Jakarta, 31/7/2018