Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Meneropong Sandinomics dan Tantangannya
Meneropong Sandinomics dan Tantangannya oleh Syahganda Nainggolan dari sisi ekonomi
Editor: Rachmat Hidayat
Namun, Sandi adalah seorang "good capitalist" yang meletakkan "sharing prosperity" merupakan kewajiban pengusaha juga yang harus tunduk pada aturan negara. Dalam "Putinomics", oligarki di Rusia tidak bisa mengontrol negara seperti yang diyakini terjadi di Indonesia saat ini.
Pandangan "good capitalism" menghormati "property rights" namun menyelaraskan dengan "berbagi kemakmuran", bukan saja soal pajak, namun mengendalikan penguasaan akses pada sumber sumber kekayaan.
Banyak lagi fikiran-fikiran Sandi yang khususnya terkait dengan teknologi dan investasi. Namun beberapa hal di atas sudah menunjukkan bagaimana Sandinomics itu adanya.
Tantangannya
Tantangan Sandinomics ke depan, jika Sandi bersama Prabowo menang pilpres 2019 a.l. adalah:
1. Pandangan Sosialistik Prabowo.
Prabowo, sebagaimana dalam bukunya "Membangun Kembali Indonesia Raya" dan "Paradox Indonesia", menunjukkan pandangan nasionalistik dan sosialistik yang sangat kuat, di mana Indonesia harus menjadi utama dalam mengelola ekonomi sendiri.
Prabowo menunjukkan kritik dan kebencian pada ketimpangan sosial dan (akibat dari) ketimpangan penguasaan aset asset produktif negara. Baik oleh asing, maupun konglomerat lokal.
Pandangan ekstrim ini bisa seperti pandangan Donald Trump di Amerika, yang cenderung mendorong munculnya "closed economy".
Atau lebih ekstrim lagi melakukan nasionalisasi seperti kebijakan Soekarno pada tahun 60 an.
Jika pandangan Prabowo berkompromi dengan Sandinomics, maka akan muncul jalan tengah, di mana "property rights, marked friendy dan social policy" berjalan bersamaan. Atau yang disebut pembangunan inklusif. Jika pandangan Prabowo tetap dominan, maka Sandinomics kehilangan akan maknanya.
2. Ekonomi Memburuk.
Tantangan lainnya adalah situasi ekonomi memburuk.
Keberhasilan "Putinomics" mengatasi krisis ekonomi pada tahun 2014 sd 2015 akibat embargo barat di Russia, tentu karena negara tersebut menyimpan uang yang banyak ketika harga minyak dan gas booming pada tahun-tahun 2000 an.
Berbeda dengan Cavez di Venezuela, di mana uang di "hambur-hamburkan" untuk belanja dan tidak efisien, Chris Miller, dalam tulisannya di "Foreign Affairs" mengatakan bahwa Russia menyimpan uang mereka sebagai tabungan yang sangat besar.
Saat ini, ketika ekonomi lesu, kita justru harus melakukan "austerity" (pengetatan) karena kekurangan anggaran, kecuali dekat2 pilpres.