Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Marak Ujaran Kebencian, Menag: Bersosial Media Jangan Baper

Seratusan admin akun instagram santri dan situs keislaman menghadiri Kopdar Akbar Santrinet Nusantara yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Diniyah

zoom-in Marak Ujaran Kebencian, Menag: Bersosial Media Jangan Baper
ISTIMEWA
Seratusan admin akun instagram santri dan situs keislaman menghadiri Kopdar Akbar Santrinet Nusantara yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Jum’at (10/08) kemarin, di kantor Kementerian Agama, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Kopdar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan menjelang Hari Santri 2018. 

Dikirimkan oleh Zadni Nafi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seratusan admin akun Instagram santri dan situs keislaman menghadiri Kopdar Akbar Santrinet Nusantara yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Jumat (10/08/2018) kemarin, di kantor Kementerian Agama, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Kopdar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan menjelang Hari Santri 2018.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghimbau kepada warganet yang menggunakan sosial  media agar jangan mudah menggunakan perasaan karena di dunia maya itu kita cenderung berkomunikasi tanpa menatap sosok lawan kita berkomunikasi.

Baca: Janji akan Menikahi, Anak Penjabat Sekap dan Aniaya Kekasihnya karena Cemburu

“Ketika kita bersosial media prinsip dasar yang harus kita jalani itu adalah jangan baper, jangan lewat perasaan. Kalau seneng kelewat seneng berlebihan lalu isinya memuji yang berlebihan, atau kalau benci ya marahnya berlebihan juga, maki-maki, dan sebagainya,” ujar Menag Lukman.

Lukman menjelaskan dalam dunia nyata biasanya berkomunikasi dibatasi dengan norma yang disepakati bersama, karena nilai bisa nilai agama, bisa nilai sosial, seperti unggah-ungguh, tata krama, sopan santun, dan etika.

“Itu kan yang memagari kita ketika ada di dunia nyata, tapi di dunia maya semua itu hilang karena tidak tahu kita sedang berkomunikasi dengan siapa, orangnya siapa kita tidak kenal, wujudnya, fisiknya kita tidak tahu sehingga kemudian kita mudah sekali lose control,” jelasnya.

Baca: Pengamat: Kerumitan Koalisi Parpol Antara Teman di Pilpres dan Lawan di Pileg

“Maka yang harus digarisbawahi jangan pernah baper dalam bersosial media,” tegas Lukman yang pada saat itu didampingi oleh Dirjen Pendis Kamaruddin Amin, Direktur PD Pontren Ahmad Zayadi dan Kasubdit Pontren Basnang Said.

Berita Rekomendasi

Untuk itu pihaknya menghimbau para santri agar tetap dengan kepala dingin dan tetap dengan nawaitu untuk apa orang bersosial media ini penting.

“Sebagai hiburan, its ok. Tapi bukankah setiap kita harus membawa misi yaitu menebarkan kebajikan, maka cara kita menebarkan kebajikan dengan cara dengan aktif, yang simpatik penuh dengan empati,” himbaunya.

Selain materi dari jajaran petinggi di Kemenag, hadir pula Ahmad Sahal kandidat doktor di Amerika Serikat yang menyampaikan materi tentang moderasi beragama dan peta radikalisme di Indonesia. Dan juga Pemred Tempo TV Wahyu Muryadi yang hadir memaparkan presentasi yang berjudul how Tempo fact check hoax.(M. Zidni Nafi’)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas