Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Gempa di Lombok, Babinsa: Antara Keluarga dan Tugas
Musibah gempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok, Sumbawa dan Sumbawa Barat beberapa waktu lalu telah menyisakan duka bagi seluruh masyarakat Nusa Ten
Dikirimkan oleh Puspen TNI
TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Musibah gempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok, Sumbawa dan Sumbawa Barat beberapa waktu lalu telah menyisakan duka bagi seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat, khususnya bagi yang terdampak gempa.
Kepedihan semakin mendalam dikala mengingat, keluarga yang menjadi korban, hingga harus meninggalkan rumah mereka yang rusak diterjang gempa.
Baca: Hasil Badminton China Open 2018 - Jonatan Christie dan Tontowi/Liliyana Tumbang
Bencana menyisakan trauma yang mendalam bagi warga terutama anak-anak, tidak terkecuali aparat keamanan TNI beserta keluarganya yang bertugas di Lombok, salah satunya yaitu bintara pembina desa (babinsa).
Baca: Bamsoet Beli Dua Foto Lelang dengan Total Harga Rp 74 Juta di Pameran Huntara
Untuk meninggalkan keluarga dipengungsian dengan kondisi yang serba terbatas tentunya tidak mudah bagi setiap orang, tetapi itulah yang harus dialami Serka Ali (45), Babinsa Tegal Maja Koramil 1606-02/Tanjung.
Ia menceritakan kisah awal mulai terjadinya gempa yang juga merobohkan rumahnya dan harus meninggalkan keluarga di pengungsian.
Saat itu tanggal 5 Agustus 2018 malam hari ia pergi untuk melaksanakan acara zikir bersama dirumah tetangga, namun dipertengahan jalan tiba-tiba terjadi gempa bumi dengan kekuatan yang cukup besar sehingga ia bergegas untuk kembali kerumah memastikan keluarganya selamat.
“Setiba dirumah anak istri saya sudah menangis dengan kondisi rumah yang sudah rusak berantakan dan gelap gulita karena listrik padam semua, kami semua berpelukan. Gempa pertama itu rumah belum roboh,” kenangnya.
Malam itu juga beredar informasi adanya tsunami sehingga seluruh warga panik, Pak Ali bersama keluarga dan tetangganya mengamankan diri ke tempat yang lebih tinggi, karena malam itu gempa terus menerus dan bertambah besar ia putuskan untuk bermalam di tempat tersebut.
Baca: Bamsoet Beli Dua Foto Lelang dengan Total Harga Rp 74 Juta di Pameran Huntara
Setelah keesokan harinya, ia bersama warga turun untuk melihat kondisi rumah masing-masing. Betapa sedih ketika melihat rumah tempat ia dan keluarga bernaung roboh rata dengan tanah, akhirnya saat itu pula bersama warga yang rumahnya juga rusak mendirikan tenda di sekitar rumah untuk tinggal sementara.
“Selanjutnya saya lapor kepada Danramil 1606-02/Tanjung Kapten Inf Anak Agung Rai Budiana dan saat itu dibantu anggota yang lain puing-puing rumah kami dibersihkan,” ujar pria tiga anak ini.
Walaupun rumahnya roboh, Serka Ali tetap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai babinsa seperti biasa, satu hari setelah gempa ia berangkat menuju desa binaannya untuk membantu warga yang rumahnya rusak bahkan ada yang meninggal dunia.
“Kami bersama-sama anggota Polri, Basarnas dan relawan lainnya menolong korban dan mendata rumah yang rusak, setelah itu berkordinasi terkait bantuan logistik untuk warga terutama yang berada di pengungsian, memastikan semua mendapat bantuan,” jelasnya.
Desa Binaan Serka Ali Tegal Maja, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara terdiri dari 11 Dusun 75 % mayoritas masyarakatnya beragama Budha, dan hanya tiga Dusun yang beragama Islam.