Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Membaca Tanda-Tanda Alam Tahun Politik 2019, Ada Apa Denganmu?
Adakah bencana demi bencana alam yang terjadi saat ini merupakan bahasa tanda, isyarat atau gejolak alam bahwa alam sudah melakukan perlawanan
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Adakah bencana demi bencana alam yang terjadi saat ini merupakan bahasa tanda, isyarat atau gejolak alam bahwa alam sudah melakukan perlawanan terhadap ulah tingkah manusia yang abai, tidak lagi bersahabat dan berdamai dengan alam?
Atau, adakah semua ini sebagai isyarat wujud perlawanan alam terhadap teaterikal panggung politik kita hari ini di tahun politik Pilpres 2019 yang banyak diwarnai dan dipenuhi oleh kemunafikan-kemunafikan, temasuk pencitraan kemunafikan?
Di sini saya tidak ingin menjustifikasi apakah bencana demi bencana yang terjadi saat ini terhubung dengan itu semua. Justru bagaimana menjadikan semua ini renungan kita bersama.
Tapi di sini saya diingatkan pada ramalan “Zaman Edan” Prabu Jayabaya, atau tanda-tanda terjadinya “Zaman Kalabendu” pada ramalan pujangga Ranggawarsita.
Disebutkan pada “Zaman Edan” atau “Zaman Kalabendu” ini salah satunya akan ditandai oleh fenomena murkanya alam, yang antara lain ditandai dengan terjadinya berbagai bencana alam, bisa itu berupa banjir, tanah longsor, gunung meletus, gempa dan tsunami, atau berupa bentuk musibah-musibah bencana alam lainnya.
Bisa jadi kemurkaan alam ini lantaran ulah tingkah manusia yang tidak lagi bersahabat dan berdamai dengan alam. Di mana di sini manusia hanya berlomba mengeksploitasi alam tanpa lagi peduli menjaga harmonisasi dan kelestarian alam yang telah memberi kehidupan.
Bisa jadi kemurkaan alam ini sebagai ekses alam yang sudah muak melihat ulah tingkah manusia yang dipenuhi oleh kemunafikan-kemunafikan zaman edan, yen ora melu edan ora keduman.
Di mana nanti pada akhirnya alam akan membongkar dan menelanjangi segala kebusukan rupa-rupa kemunafikan itu sebagai karma buruk atas perbuatannya. Seiring itu pula, kebaikan dan kebenaran akan dinyatakan; becik ketitik ala ketara.
Sekali lagi di sini saya tidak bermaksud menjustifikasi apakah bencana demi bencana yang terjadi saat ini terhubung dengan ulah tingkah manusia.
Tapi setidaknya itulah tanda-tanda yang menandai “Zaman Edan” atau “Zaman Kalabendu” yang disebutkan di ramalan Prabu Jayabaya dan pujangga Ranggawarsita.
Terkait “Zaman Edan” atau “Zaman Kalabendu” adakah atau akankah semua ini juga terhubung dengan gejolak sosial politik jelang gelaran Pilpres 2019?
Saat ini bukan cuma bencana alam berkelanjutan yang kita takutkan. Saat ini kita pun dihantui ketakutan oleh bencana politik.
Di mana saat ini kita pun dihantui ketakutan oleh potensi akan terjadinya gesekan atau benturan lempeng #Cebong dan lempeng #Kampret yang bisa memicu gelombang tsunami politik.
Pastinya jadi harapan kita semua, semoga gelaran pesta demokrasi Pilpres 2019 berjalan sejuk, aman dan damai.
Jangan-jangan dari peristiwa gelombang tsunami Banten – Lampung, atau tanah longsor di Sukabumi, atau peristiwa bencana alam lainnya adalah salah satu kode atau bahasa tanda alam, ada apa denganmu?!
Saatnya kini kita pun diajak menangkap dan membaca bahasa alam atau tanda-tanda alam tersebut dalam konteks yang lebih luas, termasuk dalam konteks di tahun politik 2019.
Dan semoga semua ini menjadikan renungan kita bersama dalam menangkap dan membaca tanda-tanda alam, ada apa denganmu?!
*Alex Palit, citizen jurnalis Jaringan Pewarta Independen “#SelamatkanIndonesia”, seniman bambu unik, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN)