Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mik yang Bocor Menyebarkan Berita Kotor: Buntut Hoax 7 Kontainer Kotak Suara yang Sudah Dicoblos

Buntut Hoax 7 Kontainer Kotak Suara yang Sudah Dicoblos: Mik yang Bocor Menyebarkan Berita Kotor

Editor: Yudie Thirzano
zoom-in Mik yang Bocor Menyebarkan Berita Kotor: Buntut Hoax 7 Kontainer Kotak Suara yang Sudah Dicoblos
Tribunnews/JEPRIMA
Komisioner KPU RI, Evi Novida Ginting Manik (kiri) dan Pramono Ubaid Tanthowi (kanan) menunjukan kotak suara bermaterial kardus dan transparan di Kantor KPU Pusat, Jakarta Pusat, Jumat (14/12/2018). Pengadaan kotak suara bermaterial kardus itu mampu menghemat setengah anggaran dari pembelian kotak suara transparan bermaterial plastik yang akan digunakan dalam Pemilu serentak pada tahun 2019. (Tribunnews/Jeprima) 

Yang jelas, Jika guru menyebarkan ilmu palsu bayangkan muridnya. Apakah Anda berani periksa ke seorang dokter yang ijazahnya palsu? Jangan-jangan obat yang dipakai untuk menyuntik kita pun palsu?

Penghakiman memang bisa lebih kejam. Sekali lancung dalam ujian, kata pepatah, seumur hidup orang tidak percaya. Percuma kita puluhan tahun menjaga integritas jika satu tindakan lancung kita membuat orang memancung nama baik kita!

Orang yang menyebarkan hoax, jika ketahuan dan ditangkap seperti Mik bukan hanya menerima sanksi hukum, sanksi organisasi dan sanksi sosial jelas lebih berat karena berlangsung lama sekali.

Filter itu Bernama Pengendalian Diri
Seorang murid mendatangi gurunya. “Guru, sahabat guru mengatakan sesuatu di belakang Bapak,” lapor muridnya.

“Sebelum engkau teruskan ceritamu, apakah sesuatu yang dikatakan itu benar?” tanya gurunya.
“Tidak guru,” sahut muridnya pendek.

“Apakah yang dikatakan itu baik?”

“Sebaliknya, Guru. Dia mengatai-ngati guru,” sahut muridnya. “Apakah ucapannya itu bermanfaat?”

BERITA REKOMENDASI

“Sama sekali tidak. Mendengar saja membuat saya ingin marah,” jawab muridnya.

“Nah, jika ucapan orang itu tidak benar, tidak baik dan sama sekali tidak bermanfaat, untuk apa engkau teruskan kepadaku?”

Ucapan guru yang bijak itu bisa kita terapkan bagi diri sendiri. Saat mengobrol dengan pimpinan pabrik garmen, bos itu menjelaskan proses produksi di pabriknya.

“Setiap pekerja bertanggungjawab terhadap mesin dan pekerjaan di depannya. Dia tidak boleh menerima barang rusak. Dia tidak boleh membuat barang rusak. Dia tidak boleh meneruskan barang rusak. Dengan demikian, kualitas kontrol pabrik kami terjamin,” ujarnya dengan kebanggaan yang tidak bisa disembunyikan.

Kontrol Internal
Saat ini—khususnya menjelang pemilu—setiap orang ingin menjadi guru dan pahlawan. Dia merasa cukup pandai untuk menggurui orang lain siapa pilihan yang paling baik, benar dan pantas memimpin Indonesia. Suatu sikap dan tindakan yang mulia.


Namun, sayangnya, banyak yang ternyata menjadi pahlawan kesiangan. Mengapa? Karena tahu beritanya sudah basi dan menyebarkannya sehingga yang dikirimi menerima barang yang jauh lebih basi lagi.

Jadi, jika kita menerima informasi apa pun, kita cek lebih dulu, apakah benar? Jika ragu-ragu, berhenti sampai kita saja.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas