Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Peran Wanita TNI dalam Satgas MPU UNIFIL di Lebanon
Dijelaskan Dansatgas MPU Konga, salah satu yang paling terkena dampak di dalam konflik adalah wanita dan anak.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNERS - Peran women peacekeepers dalam misi perdamaian di bawah bendera PBB sangat penting dan signifikan, khususnya bagi para korban konflik di Lebanon Selatan yang mayoritas adalah kaum wanita dan anak.
Demikian hal ini disampaikan Komandan Satgas Military Police Unit Kontingen Garuda (Dansatgas MPU Konga) XXV-K/UNIFIL Letkol Sony Yusdarmoko dari Lebanon, Kamis (24/1/2019).
Dijelaskan Dansatgas MPU Konga, salah satu yang paling terkena dampak di dalam konflik adalah wanita dan anak. Khusus wanita, PBB mencatat 75% menjadi korban kekerasan penganiayaan dan perkosaan.
“Dengan dasar tadi, hingga saat ini Gender Issue merupakan salah satu materi yang wajib diberikan kepada peacekeepers di setiap misi PBB. Demikian juga bagi kami, dalam Satgas senantiasa disertakan para Wanita TNI (Wan TNI) baik dari matra Darat, Laut maupun Udara,”ungkapnya.
Baca: Penjelasan Moeldoko Sikapi Informasi dalam Video Unjuk Rasa Buruh di Morowali
“Di UNIFIL sendiri, mereka akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tambahan yaitu sebagai women peacekeepers. Dimana tugas di lapangan lebih diarahkan kepada perbantuan para wanita untuk segera bangkit akibat trauma konflik ataupun berbagai tindak kekerasan lainnya,” imbuh Sony.
Terkait tugas women peacekeepers, lanjutnya, mereka (Wan TNI) juga tidak hanya bersama dengan internal Satgas, namun juga dengan women keacekeepers UNIFIL lainnya.
“Untuk kepentingan tersebut, dalam membangun kesamaan pemahaman pengetahuan dan standardisasi perlakuan terhadap SOP (Standar Operasional Prosedur) maupun berbagai ketentuan lainnya, maka kita kirimkan para Wan TNI untuk mengikuti Military Gender Task Force Training of Trainers Course,” terangnya.
Lebih lanjut, lulusan Akmil tahun 2000 ini menjelaskan bahwa pelatihan bagi para women peacekeeper tersebut diselenggarakan oleh UNIFIl dari tanggal 21 - 23 Januari 2019 lalu.
“Seluruh satuan jajaran dari Unifil Sector East mengirimkan perwakilan yang dilatih untuk menjadi trainers sekaligus nantinya akan menjadi gender advisers, “ucap Sony yang juga merupakan lulusan Seskoad tahun 2014 ini.
“Yang dapat kita pahami adalah dalam situasi konflik yang penuh dengan berbagai haru biru perasaan serta kondisi, biasanya para wanita akan lebih mudah terbuka terhadap sesamanya,” imbuhnya sambil tersenyum.
Adapun Wan TNI yang dikirim, lanjutnya, adalah Sertu (K) Nidya dan Serda PM/W Mega Elvira, masing-masing merupakan anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) dan Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal).
“Penunjukan ini juga didasarkan kepada karakter dan kemampuan mereka yang kami anggap bisa menjadi duta TNI pada women peacekeeper,” tegasnya.
Sementara itu, menurut Sony saat kegiatan pelatihan, Pemateri Mrs. Raha Rahal menyampaikan bahwa Training of Trainers bersifat interaktif, dimana selain diberikan gambaran seperti Conflict Relation Sex Violence yang banyak berdampak pada wanita, para peserta juga melakukan diskusi dan saling bertukar pikiran serta wawasan tentang Gender Issue di negara masing-masing.
“Harapannya, akan menciptakan visi dan misi yang sama sebagai Gender Advisers” ujarnya.
Sedangkan pada hari akhir, saat penutupan UNIFIL Sector East Commander, Brigjen D. Antonio Romero Losada menegaskan bahwa pelatihan gender tersebut akan membawa dampak positif bagi masyarakat, khususnya wanita di daerah operasi.
“Kehadiran Women Peacekeeper dapat berkontribusi positif dan memiliki peran penting serta signifikan dalam mendukung Operasi Pemeliharaan Perdamaian di Lebanon Selatan,” pungkasnya.
Dinas Penerangan TNI AD