Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Saatnya Limbah Sawit Memberi Nilai Lebih Lewat PLTBiogas
Tak heran jika industry kelapa sawit Indonesia dan turunannya dibenci sekaligus dicemburui oleh banyak negara terutama Eropa. Karena tak seperti minya
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Wem Fauzi
Tak heran jika industri kelapa sawit Indonesia dan turunannya dibenci sekaligus dicemburui oleh banyak negara terutama Eropa. Karena tak seperti minyak nabati lain sepertpi bunga matahari dan kedelai, manfaat buah dari tanaman jenis serabut ini tak hanya dari buah dan batangnya saja.
Setelah sari minyaknya terpakai, maka limbah dari buahnya tersebut tetap bisa berguna dan memberi nilai tambah ekonomi yang tak kalah bermanfaatnya.
Jika yang diketahui selama ini minyak sawit identik dengan kebutuhan dapur, industry dan kebutuhan terkait manusia secara langsung, maka hal yang berikut akan memberi data data baru, bahwa manfaatnya jauh meluas ke luar zona tradisioanal tersebut. Kini limbahnya bisa menjadi bahan baku utama untuk menggantikan BBM berbahan solar untuk penggerak Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Biasanya PLTD yang umumnya dipakai oleh PT PLN dalam membangkit tenaga listrik menggunakan minyak dari bahan fosil tersebut sebagai sumber utama mesin penghasil listrik.
Namun kini PT PLN (Perusahaan Listrik Negara) selaku mayoritas pemilik PLTD jenis di tanah air sudah layak mempertimbangkan penggunaan bahan limbah sawit sebagai sumber penggerak utama.
Hal itu juga akan selaras dengan program lain yakni Biodiesel 20 persen atau B20 yang mulai diterapkan sejak September tahun lalu. Untuk proyek ini, pemerintah juga telah terjun total dengan menjadikan Kilang Minyak Pertamina di Plaju Sumatera Selatan, selaku motor utama penyediaan minyak yang banyak digunakan oleh dunia usaha tersebut.
Kenapa perlu disegerakan, karena pada sisi lain, pemanfaatan buah kelapa sawit sendiri sudah menyentuh bukan saja di bagian utama yakni buah olahan untuk beragam keperluan.
Ini telah dibuktikan oleh PTPN ( PT Perkebunan Nusantara) V yang bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biogas untuk Pabrik Kelapa Sawit Terantam PTPN V, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.
Menurut informasi, bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan listrik berasal dari palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik kelapa sawit itu dan mampu menghasilkan listrik sebesar 700 Kilo Watt (KW).
Sebenarnya, proyek di kawasan provinsi Riau tersebut merupakan yang yang sudah dijalankan oleh PT PLN. Proyek pertama terdapat di sebelumnya juga telah dibangun PLT Biogas pertama di lingkungan BUMN Perkebunan berlokasi PKS Tandun dengan daya 1,2 MW. Saat juga sedang dikerjakan proyek sejenis dan mengambil tempat kawasan Sei Tagar, masih di provinsi yang sama.
Seperti PLTB Sei Tagar yang tujuan utamany untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi PKS di kawasan tersebut, maka PLTBg di Kecamatan Dendang memiliki tiga manfaat lain yakni mengaliri listrik hingga 2500-3000 rumah tangga. Kedua, membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan limbah. Ketiga, untuk mewujudkan ketahana energy di wilayah tersebut yang juga menjadi salah satu bagian dari program nawacita pemerintah yakni ketahanan di bidang energy.
Sebuah pencapaian sekaligus pembuktian bahwa dari minyak kelapa sawit ini, Indonesia bisa berharap banyak sekaligus juga mengantisipasi jika hambatan ekspor dari sejumlah negara-negara Eropa tak kunjung mereda.
Itu tak lain karena Indonesia merupakan produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia, yaitu sekitar 32 juta ton per tahun. Dengan produksi CPO yang berlimpah ini juga pasti diikuti dengan produksi limbah yang selalu menjadi perhatian publik.
Karenanya, upaya-upaya dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan menjadi penting ketika aktifitas pemanfaatan energi berlangsung di setiap tempat dan Dan umumnya, negara-negara Eropa penentang masuknya minyak sawit Indonesia ke kawasan tersebut, selalu mencari titik celah atau kelemahan industry andalan Indonesia ini. Salah satu pintu utama mereka adalah bicara tentang limbah yang berpotensi merusak lingkungan.
Persoalan limbah ini menjadi titik kritis kedua, setelah negara-negara di kawasan tersebut, mengkampanyekan pelarangan karena negara-industry penghasil sawit adalah biang terjadinya deforestasi.
Pada titik ketiga, penggunaan limbah sawit sebagai bahan dasar PLTD juga akan menjadi poin yang tak kalah penting bagi industry sawit tanah air menghadapi kritikan kelompok-kelompok pro environmentalis.
Lembaga dan kelompk yang bernaung di sejumlah NGO dalam dan luar negeri itu, kerap melemparkan kritik terkait sampah dan limbah yang dinilai mencemarkan bumi dan dengan keberadaan PLTBiogas, setidaknya akan memaksa mereka untuk berpikir ulang, bahwa jika sawit dan produk turunannya dikelola secara benar, maka aspek negatf yang muncul tak akan lebih besar dari nilai lebih yang dihasilkan industry non migas andalan Indonesia ini.
*Wem Fauzi, Penulis tinggal di Jakarta