Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pilpres Ukraina Tanpa Sampah Visual
Karena kandidatnya banyak, diprediksi pilpres berlangsung dua putaran. Adapun siklus pilpres di Ukraina 5 tahunan seperti di Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
Tak satupun poster, baliho menggunakan bambu atau kayu yang sifatnya sementara sebagaimana kerap kita jumpai di tanah air. Apalagi memakai tali pengikat ala kadarnya dengan posisi miring. Tak ada baliho yang terhuyung oleh angin atau pun tercabik akibat tangan jahil.
Di tempat tempat umum, di tiang tiang listrik saya juga tak menemukan gambar sang kandidat presiden mengotori wajah kota atau di pagar taman taman.
Semua terkordinir dan terorganisasi dengan apik bersanding dengan iklan iklan komersil lainnya. Sepanjang jalan jalan utama baliho kandidat kokoh dengan penyangga besi sebagaimana billboard produk komersial umumnya. Rata rata ukurannya melebihi 10 x 5 meter.
Tapi tunggu dulu. Pengamatan saya ini hanya berlangsung di ibukota Kiev. Saya tidak blusukan ke desa desa. Tentu saya tidak tahu nasib "sampah visual" di dapil kampung kampung di belahan Ukraina lainnya, sekiranya ada. Semoga saja juga kinclong dari sampah visual.
Saya teringat pernyataan Inisiator Reresik Sampah Visual dan Dosen Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta, Dr Sumbo Tinarbuko. Ketika pemilu legislatif 2014 ia menyoroti sampah visual caleg yang mengotori wajah kota, melukai batang pohon dan melahirkan "polusi pemandangan".
Sang Aktor
Yang menarik dari pilpres Ukraina kali ini adalah kehadiran seorang aktor komedi terkenal Ukraina yang berperan sebagai presiden dalam sebuah serial televisi. Volodymyr Zelensky menjadi calon presiden populer, menyetarai petahana, Petro Poroshenko.
Zelensky, 40 tahun, semakin dikenal sejak perannya sebagai seorang pemimpin negara dalam serial sitkom berjudul "Sluga Narodu" yang berarti "Pelayan Rakyat".
Alasan Zelensky melangkah ke politik, karena frustasi dengan situasi politik negara dan lambatnya reformasi. Zelensky sama sekali tak memiliki jejak kerja politik maupun di pemerintahan.
Sebagaimana yang dilansir media setempat Petro Poroshenko telah mendeklarasikan pencalonan ulang dirinya pada akhir Januari lalu. Diperkirakan terjadi persaingan sengit antara Poroshenko dan Yulia Tymoshenko sang mantan perdana menteri.
Kepada para pendukungnya di Kyiv, Poroshenko mengemukakan harapannya bahwa Ukraina berusaha keras bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, jika dia memenangkan pemilu untuk masa jabatan lima tahun kedua sebagai presiden.
"Kita harus menjaga integrasi Ukraina dengan Uni Eropa dan NATO," katanya. ''Kita tidak boleh berhenti setengah jalan.''
Kandidat lain adalah mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko. Memasuki masa kampanye minggu lalu, Yulia menjanjikan untuk merebut kembali kendali atas semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia dan daerah-daerah yang dikuasai separatis di bagian timur.
Isu agama dan rumah ibadah juga tak lepas dari kampanye sang calon. Termasuk memastikan kemandirian gereja Ukraina dari Gereja Ortodoks Rusia.