Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
"Doni Monardo" Lahir di Tengah Banjir
Sebait pesan masuk di handphone saya mengabarkan bahwa seorang ibu hamil dievakuasi menggunakan rakit di Konawe Sulawesi Tenggara.
Editor: Hasanudin Aco
Catatan Egy Massadiah
TRIBUNNEWS.COM - Sebait pesan masuk di handphone saya mengabarkan bahwa seorang ibu hamil dievakuasi menggunakan rakit di Konawe Sulawesi Tenggara.
Sebagai bagian dari Tim BNPB segera saya menelusuri kabar tersebut. Setidaknya jika ada pertanyaan pers, atau siapapun, saya sudah memiliki bahan informasinya.
Melalui Letkol Fajar Wijaya Dandim 1417 Kendari saya pun mendapatkan kisah ibu hamil tersebut.
Kejadiannya sekitar tanggal 19 Juni 2019.
Nurjanah, sang ibu hamil ditolong oleh regu BNPB dan BPBD menggunakan rakit. Selama satu jam dari desa Ahuawatu ke desa Anggoro kemudian diantar mobil ke RSUD Konawe.
Sang anak berkelamin laki laki pun lahir dengan selamat. Menurut Letkol Fajar, pada hari Minggu tanggal 23 Juni Kepala BNPB bersama rombongan Komisi 8 DPR RI berkunjung ke Konawe.
Nah sang ibu yang mengetahui bahwa yang menolong adalah tim BPBD, dan saat melihat papan nama Kepala BNPB langsung memberikan nama Doni Monardo kepada bayinya.
"Ibu Nurjanah belum memberikan nama ke anaknya. Ketika melihat papan nama Pak Doni langsung ibu itu memberikan nama anaknya sama dengan nama Bapak Doni Monardo," kisah Letkol Fajar.
Doni Monardo ikut terharu sekaligus bangga atas kerja gesit dan ikhlas para tim BNPB, BPBD serta TNI Polri di lapangan.
"Tadi, saat berkunjung ke lokasi bencana banjir di Konawe, Dandim bersama Danrem Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto membawa seorang ibu ke saya. Ibu ini mau mengucapkan terima kasih karena bayi nya selamat lahir, dibantu BNPB. Ibu itu izin bayinya diberi nama Doni Monardo," kisah Doni kepada saya.
Masih tentang ibu hamil. Di hari yang sama, tanggal 19 Juni 2019 Letkol Fajar mendapat berita bahwa ada seorang ibu hamil dari kecamatan Pondidaha bernama Hartinah juga butuh bantuan.
Fajar yang memang dari korps penerbad segera meluncur bersama timnya menggunakan helikopter BNPB melakukan evakuasi. Heli dipiloti oleh Kapten Cpn Taufan Suhanta.
"Yang kami tolong pakai Heli mengalami pembengkaan. Alhamdulillah setelah dievakuasi dari Pondidaha ke RSUD Unaha, kondisinya berangsur membaik dan saat ini sudah kembali lagi ke Pondidaha," kisah Fajar.
Menurut Fajar, evakuasi melalui helikopter terpaksa dilakukan karena terputusnya akses darat.
"Kebetulan kami yang mengatur penerbangan dan menyiapkan sarana medis. Alasannya karena keterbatasan tenaga dan fasilitas kesehatan di tempat tinggal ibu itu. Lokasi rumahnya masih terisolir akibat banjir," kisah sekbang TNI 2000 itu.
“Setelah menjalani pemeriksaan dari Tim Medis di Rumah Sakit Konawe, Ibu Hartinah belum waktunya melahirkan dan diperbolehkan untuk kembali ke rumah” tutur Dandim.
Dalam catatan saya, setidaknya sudah ada lima bayi yang diberi nama Doni Monardo. Empat lainnya, masing masing lahir di Ainaro Timor Timur, Singaraja Bali, Ambon Maluku dan terakhir di Jayapura Papua.
Khusus yang di Jayapura namanya Doni Monardo Ibo. Tentang nama itu bermula pada Maret 2019 saat Sentani diterjang banjir bandang. Sebuah bencana alam yang diyakini karena faktor manusia. Pegunungan Cycloop rusak akibat ulah oknum yang mengeksploitasi hutan dengan semena-mena sejak tahun 2003.
BNPB sigap turun tangan. Doni Monardo pun berangkat. Melakukan banyak koordinasi dan mencarikan solusi serta strategi pencegahan dengan banyak instansi. Doni bertemu tokoh adat, pejabat sipil dan militer serta kepolisian, dan masyarakat luas. Di situlah, Doni berkomunikasi dengan hati.
Tanpa ia sadari, sepak terjang Doni di Sentani telah membetot perhatian warga setempat bernama Abia Monim, salah seorang ondoafi atau kepala adat. Salah satunya adalah pertemuan Doni dengan para ondoafi di Hotel Aston, Jayapura.
Di situ, Abia Monim menyimak kalimat Doni Monardo dengan sangat tekun. Ia kagum akan sosok Doni yang dinilai sangat pintar dan peduli kepada warga Sentani.
Tak lama setelah acara berlangsung, ondoafi asal Kampung Hobong Sentani ini mendapat kabar gembira, bahwa cucunya baru saja lahir. Proses kelahiran tanpa upacara adat seperti banyak dipraktekkan warga Papua pedalaman. Cucunya lahir di Rumah Sakot Yowari, Sentani. Kelaminnya laki-laki. Girang bukan kepalang perasaan kakek Monim.
Seketika ia teringat sosok Doni Monardo, dan bertekad memberi nama cucunya Doni Monardo.
Sayangnya, Monim tidak tahu pasti nama lengkap Jenderal Doni. Karenanya, Monim menghubungi siapa saja yang ia ketahui ikut dalam pertemuan di hotel Aston, hanya untuk memastikan nama sang jenderal pujaan.
Salah satu yang ditanya adalah, bernama Fibiola, yang kebetulan hadir di acara itu. Setelah diberi tahu nama jenderal yang dimaksud adalah D-O-N-I M-O-N-A-R-D-O, segera Abia Monim berseru, ihwal cucunya yang baru lahir akan diberinya nama DONI MONARDO IBO, lahir 24 April 2019, di RS Yowari, Jayapura.
Doni Monardo Ibo adalah anak pertama pasangan Hendrik Chalvon Ibo dan istrinya Yunita Doyapo. Keduanya adalah jemaat GKI Siloam Hobong. Saat ini, pasangan suami-istri itu belum bekerja, dan masih tinggal bersama kedua orang tua mereka.
Dari keterangan yang saya coba telusuri, melalui sahabat Doni yang bernama Fibiola, didapat keterangan bahwa kekaguman Abia Monim terhadap Doni Monardo memang begitu lekat terpatri. Di matanya, Doni adalah sosok yang pintar. Lebih dari pintar, Doni dianggap sebagai petinggi negara yang peduli dengan kondisi pegunungan Cyclop.
Pegunungan kebanggan orang Sentani, yang karena kecerobohan manusia akhirnya mendatangkan bencana banjir.
Kepedulian yang tinggi dengan membangunkan rumah, serta pemberdayaan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat Sentani, dinilai sebagai suatu hal yang sangat luar biasa.
Sebuah jasa besar bagi warga Sentani. Dengan memberi nama cucunya Doni Monardo Ibo (Ibo adalah nama ayah si jabang bayi), diharapkan bisa menjadi “pengingat” sekaligus “kenang-kenangan”. “Supaya peristiwa bersejarah ini bisa dikenang generasi penerus. Supaya semua terkenang dengan jasa besar seorang Doni Monardo bagi warga Sentani,” ujar Abia Monim, seorang tokoh adat Kampung Hobong, Sentani.
Sebelumnya melalui Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas RI) Doni menggagas program Papua Yang ASASI (Adil, Setara dan Sejahtera) dalam bingkai NKRI yang diimplementasi melalui program holistik di Papua dan melibatkan Pentahelix (Pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas masyarakat dan media).
Di program ini dilaksanakan berbagai program pemberdayaan baik yang berkaitan dengan pengelolaan Emas Biru maupun Emas Hijau. Terhadap sang cucu, yang kini sudah menyandang nama Doni Monardo, ia pun berharap kelak
bisa menjadi manusia pintar dan pribadi yang kuat seperti tokoh idolanya.
Bahkan ia berharap, kelak jika sudah besar, Doni Monardo Ibo bisa membawa perubahan di kampung Sentani, bagi
masyarakat Papua, dan bagi bangsa Indonesia. Kala itu, kabar gembira dari Sentani, hanya dalam sekejap telah hinggap di telinga Doni Monardo di Jakarta.
Doni tersenyum mendengar kabar tersebut. Tampak ekspresi haru di balik senyum yang ia kembangkan. Tanpa bayak bicara, spontan ia minta staf menyiapkan bingkisan buat Doni Monardo Ibo si jabang bayi di Sentani.
Kabar terakhir, bingkisan itu sudah tiba di Sentani. Kapolres Jayapura, AKBP Victor Dean Mackbon datang ke kediaman orang tua Doni Monardo Ibo, dan menyerahkan bingkisan titipan Doni Monardo.
Di luar bingkisan, Doni Monardo juga menitipkan setangkup restu serta doa, semoga Doni Monardo Ibo menjadi manusia yang bisa membawa perubahan bagi Sentani, bagi
Papua, dan bagi bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Saya ikut bangga dan terharu atas kisah itu. Karenanya, saat transit di Bandara Schipool Amsterdam dalam penerbangan menuju Tegel Berlin siang ini 24 Juni 2019, tulisan ini saya sajikan . Tabik. *